Bisnis.com, JAKARTA — Center of Reform on Economics (CORE) mencatat dua momentum penting bagi pertumbuhan industri manufaktur pada tahun ini. Pertama, angka pertumbuhan pada kuartal III/2021 sebesar 3,68 persen yang di atas pertumbuhan ekonomi nasional 3,51 persen. Kedua, purchasing managers' index (PMI) manufaktur yang menyentuh angka rekor 57,2 pada Oktober 2021, sekaligus menjadi yang tertinggi di Asean.
Ekonom CORE Ina Primiana mengatakan untuk menjaga momentum pertumbuhan, pemerintah perlu melakukan upaya ekstra dalam sejumlah aspek. Pertama, meningkatkan kemandirian dan daya saing industri dengan menggenjot capaian substitusi impor. Kedua, kebijakan insentif terkait tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).
"Untuk industri yang TKDN-nya tinggi, itu tentunya mendapat insentif, dan harus dijaga juga daya saingnya," kata Ina di Jakarta, Rabu (29/12/2021).
Ketiga, lanjutnya, pemerintah hendaknya mengerahkan upaya lebih untuk menghubungkan industri kecil menengah (IKM) dengan industri besar. Hal itu dengan tujuan menjadikan IKM sebagai salah satu mata rantai pasok global.
Keempat, perlunya sinergi kebijakan antara kementerian terutama untuk menjaga daya saing dan memproteksi pasar dalam negeri.
"Jangan sampai tidak sinkron yang menyebabkan di satu sisi ingin memproduksi, di sisi lain impor dibuka," ujarnya.
Menurut Ina, Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) menjadi kebijakan strategis untuk mempertahankan kinerja industri di tengah gempuran pandemi. IOMKI, sebutnya, juga memungkinkan industri dalam negeri merebut pasar domestik yang sebelumnya diisi produk-produk impor.
Selain empat rekomendasi di atas, Ina juga mendorong vaksinasi diantara para pekerja industri untuk terus digalakkan.
"Kemudian juga mempercepat dan memperbaiki tata kelola di kawasan industri, menjaga momentum pemulihan sektor yang telah menunjukkan peningkatan utilisasi kapasitas produksi, serta adaptasi digitalisasi," ujar Ina.