Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menperin Beberkan Kunci Manufaktur Bertahan di Tengah Covid-19

Geliat manufaktur pada tahun ini dapat dilihat dari sejumlah indikator seperti realisasi investasi, capaian ekspor, kontribusi pajak, kontribusi terhadap PDB, dan peringkat purchasing managers' index (PMI).
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. /Kementerian Perindustrian
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. /Kementerian Perindustrian

Bisnis.com, JAKARTA — Proses pemulihan yang kondusif di industri manufaktur tak terlepas dari kebijakan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) yang memungkinkan pelaku industri beroperasi penuh di masa pandemi.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan IOMKI merupakan bagian dari kebijakan rem dan pemerintah di masa pandemi, antara lain untuk menyeimbangkan aktivitas ekonomi dan penanganan pandemi.

"Kebijakan gas dan rem di sektor industri manufaktur diturunkan dalam wujud kebijakan IOMKI yang dikeluarkan oleh Kemenperin," kata Agus dalam konferensi pers, Rabu (29/12/2021).

Seiring waktu, kebijakan IOMKI mendorong terciptanya keseimbangan antara kepentingan kesehatan dan kepentingan ekonomi di sektor industri manufaktur. Kebijakan itu juga memacu para pelaku industri untuk percaya diri dan segera beradaptasi dengan kondisi pandemi.

"Keseimbangan, kepercayaan diri, dan daya adaptasi ini yang membentuk resiliensi yang baik di sektor industri manufaktur dalam menghadapi situasi pandemi," jelasnya.

Geliat manufaktur pada tahun ini dapat dilihat dari sejumlah indikator seperti realisasi investasi, capaian ekspor, kontribusi pajak, kontribusi terhadap PDB, dan peringkat purchasing managers' index (PMI).

Sepanjang Januari-September 2021, realisasi investasi di sektor manufaktur tercatat sebesar Rp236,79 triliun, naik 17,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2020 sebesar Rp201,87 triliun.

Dari sisi capaian nilai ekspor, kontribusi sektor industri manufaktur terus meningkat meski di tengah himpitan pandemi. Nilai ekspor industri manufaktur pada Januari-November 2021 mencapai US$160 miliar atau berkontribusi sebesar 76,51 persen dari total ekspor nasional. Angka ini telah melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang 2020 sebesar Rp131 miliar, dan bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor 2019.

Adapun dari aspek kontribusi terhadap PDB, industri manufaktur pada triwulan III/2021 menyumbang 17,33 persen, tertinggi di antara sektor ekonomi lainnya.

Sempat tertekan hingga -2,52 persen pada 2020, pertumbuhan sektor industri manufaktur kembali bergairah pada 2021, di mana angka pertumbuhannya meningkat signifikan di triwulan II/2021 sebesar 6,91 persen (y-o-y), sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang juga bangkit sebesar 7,07 persen (y-o-y).

"Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, kami menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4-4,5 persen pada 2021 ini, dan sebesar 4,5-5 persen pada 2022,” ungkapnya.

Sejalan hal tersebut, nilai ekspor industri manufaktur ditargetkan pada kisaran US$170 miliar hingga US$175 miliar pada 2021, dan akan mencapai US$175 miliar hingga US$180 miliar pada 2022.

Adapun, nilai investasi Agus menargetkan sebesar Rp280 triliun hingga Rp290 triliun pada 2021, dan sebesar Rp300 triliun–Rp310 triliun 2022.

"Kami juga menargetkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 20,84 juta orang di tahun 2022," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper