Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja positif ekspor industri pengolahan masih diwarnai sejumlah catatan. Ekonom mencatat bahwa kinerja industri pengolahan pada 2021 banyak ditopang oleh komoditas primer yang menikmati tingginya harga di level global.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan sebagian ekspor disumbang produk pengolahan primer seperti minyak sawit mentah (crude palm oilCPO).
Meski dalam perhitungan statistik produk CPO dihitung sebagai hasil industri olahan, Bhima mengatakan nilai tambah yang dihasilkan belumlah maksimal.
“Sekarang yang harus dilakukan pemerintah adalah meningkatkan penghilirian produk-produk olahan primer agar nilainya makin tinggi. Misalnya CPO bisa diteruskan menjadi kosmetik, makanan jadi dan limbahnya untuk berbagai campuran industri. Jadi keluar dari Indonesia sudah finished goods yang punya nilai tambah bukan olahan primer,” kata Bhima, Kamis (23/12/2021).
Sayangnya, Bhima mengatakan peningkatan nilai tambah pada ekspor unggulan Indonesia bukanlah perkara mudah. Ia menilai diperlukan berbagai dukungan seperti kemudahan akses pembiayaan bagi industri skala kecil, perbaikan sumber daya manusia, pemakaian teknologi dan inovasi tepat guna, hingga market intelligence.
“Terlepas dari besarnya dukungan yang diperlukan, saya lihat peluang ke depan tetap positif. Ekspor 2022 akan makin baik sejalan dengan pemulihan permintaan barang di pasar tradisional maupun nontradisional,” katanya.
Baca Juga
Sampai November 2021, total nilai ekspor telah menembus US$209,16 miliar dan menjadi yang tertinggi dalam sejarah. Nilai ini juga melampaui rekor ekspor pada 2011 yang kala itu mencapai US$203 miliar.
Di sisi lain, total impor Indonesia pada periode yang sama mencapai US$174,8 miliar. Nilai ekspor yang lebih besar menempatkan neraca dagang pada posisi surplus US$34,32 miliar setelah pada November 2021 Indonesia kembali mencetak surplus US$3,51 miliar.
Produk ekspor nonmigas dari Indonesia yang menerima permintaan tertinggi di pasar dunia meliputi lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral, besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektri beserta bagiannya, serta karet dan produk karet.
Adapun, negara yang menjadi destinasi utama ekspor selama periode ini mencakup China dengan nilai US$46 miliar, Amerika Serikat sebesar US$23,13 miliar, Jepang senilai US$15,18 miliar, India senilai US$11,87 miliar, dan Malaysia sebesar US$9,66 miliar.