Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan sejumlah dampak yang akan dirasakan langsung oleh masyarakat dari penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia.
Dampak yang paling terlihat dari penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia tersebut adalah penciptaan lapangan kerja dengan jumlah yang besar mengingat lebih dari 157 pertemuan yang akan diadakan.
Selain itu, yang paling penting, Indonesia sebagai negara berkembang dan negara terbesar di Asean, juga dinilai sebagai negara yang saat ini memiliki kondisi ekonomi dan politik yang stabil akan menjadi pemimpin pertemuan yang akan mendukung terbentuknya kebijakan yang memiliki pengaruh atas seluruh dunia.
Misalnya, pertemuan antara bank sentral dan menteri keuangan negara-negara G20 akan membicarakan desain kebijakan ekonomi yang akan dilakukan setiap negara untuk bisa pulih dari pandemi Covid-19.
Dia mencontohkan, perekonomian China yang tumbuh melambat pada kuartal III/2021 dan inflasi yang tinggi di Amerika Serikat yang mengharuskan negara itu melakukan normalisasi kebijakan moneter, tentunya akan sangat mempengaruhi kebijakan dan proses pemulihan negara-negara di dunia.
“Seperti [penyesuaian] kebijakan moneter dan fiskalnya yang kemudian menimbulkan efek rambatan, dampaknya ke masyarakat Indonesia. Sementara kalau ekonomi dunia tumbuh tinggi, berarti ekspor kita tumbuh tinggi,” katanya, Rabu (22/12/2021).
Baca Juga
Kenaikan harga komoditas yang terus terjadi dan mendorong kinerja ekspor pada akhirnya akan memberikan pengaruh positif pada penerimaan negara.
“Jadi dampaknya kepada ekonomi Indonesia dalam bentuk tadi, ekonomi kita juga ikut meningkat dari sisi kegiatan ekspor, harga komoditas meningkat dan itu pengaruhnya ke pelaku ekonomi dan masyarakat,” jelasnya.
Sri menambahkan, Presidensi G20 Indonesia juga akan membahas kebijakan yang sangat penting, terutama untuk mengatasi permasalahan dunia saat ini, yaitu Covid-19.
“Kita sekarang sedang membahas bagaimana menteri keuangan dan menteri kesehatan bisa mencegah agar dunia lebih siap jika terjadi pandemi lagi,” katanya.
Dia menyampaikan, hal ini menjadi fokus utama dunia. Pasanya, biaya penanganan Covid-19 secara global telah mencapai lebih dari US$12 triliun dari sisi fiskal dan US$11 triliun dari sisi moneter. Dia menilai, dunia seharusnya bisa belajar untuk mengatasi permasalahan ini jika pandemi kembali terjadi di masa mendatang.