Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memproyeksi neraca transaksi berjalan atau current account balance Indonesia akan mengalami surplus pada tahun ini.
Asisten Gubernur, sekaligus Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Aida S. Budiman menyampaikan, neraca transaksi berjalan pada akhir 2021 diperkirakan surplus pada kisaran 0,3 hingga 0,5 persen.
Surplus tersebut merupakan yang pertama kalinya bagi Indonesia dalam satu dekade terakhir.
“Kondisi transaksi berjalan kita cukup bagus. Transaksi berjalan diperkirakan surplus pada kisaran 0,3 hingga 0,5 persen dari PDB,” katanya dalam acara BI Bersama Masyarakat atau Birama yang diadakan secara virtual, Kamis (2/12/2021).
Berdasarkan catatan BI, transaksi berjalan pada kuartal III/2021 mencatatkan surplus sebesar US$4,5 miliar atau setara dengan 1,5 persen dari PDB.
Surplus tersebut didapatkan setelah pada kuartal sebelumnya mengalami defisit US$2,0 miliar atau 0,7 persen dari PDB.
Baca Juga
Kinerja yang positif ini terutama didorong oleh surplus neraca barang yang terus meningkat, didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas sejalan dengan masih kuatnya permintaan dari negara mitra dagang dan berlanjutnya kenaikan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional.
Selain itu, defisit neraca jasa tercatat lebih rendah, disebabkan oleh perbaikan kinerja jasa transportasi yang didukung oleh meningkatnya penerimaan jasa freight sejalan dengan peningkatan aktivitas ekspor.
Aida mengatakan, transaksi berjalan diperkirakan kembali mengalami defisit pada 2022, dengan kisaran defisit 1,1 hingga 1,9 persen.
“[Perkiraan defisit 2022] lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis, biasanya kita sebut sustainable defisit transaksi berjalan itu sekitar -3 persen dari PDB,” jelasnya.