Bisnis.com, JAKARTA – Pengembang real estat China yang kesulitan mengalami bulan yang menyedihkan lagi pada November karena penurunan penjualan rumah semakin dalam.
Penjualan 100 pengembang teratas negara itu anjlok 38 persen dari tahun sebelumnya menjadi 751 miliar yuan (Rp1,69 kuadriliun), lebih tajam dari penurunan 32 persen pada bulan sebelumnya, berdasarkan data awal yang dikumpulkan firma riset China Real Estate Information Corp (CRIC).
Krisis utang yang melebar di kalangan developer termasuk China Evergrande Group dan upaya resmi untuk mengendalikan spekulasi properti telah bergabung menghancurkan permintaan rumah dan memukul ekonomi terbesar kedua di dunia itu, memaksa pihak berwenang untuk mengurangi pembatasan dan menenangkan kekhawatiran pembeli rumah.
Akan tetapi, kebijakan untuk melonggarkan kontrol hipotek dan meningkatkan pembiayaan untuk pembangun belum membendung perlambatan industri. Perusahaan riset tersebut memberikan peringatan atas sektor ini, terutama pengembang yang sarat utang.
Menurut CRIC, sulit untuk secara substansial meningkatkan lingkungan pembiayaan perusahaan-perusahaan real estat bermasalah itu, dan tekanan pada perputaran modal dapat terus meningkat. Pelonggaran kebijakan terbaru terutama menguntungkan perusahaan milik negara dan pengembang swasta "berkualitas", tambahnya.
Sebulan lagi penjualan yang lemah akan merusak kepercayaan di antara investor yang khawatir tentang kesehatan jangka panjang perusahaan properti, seperti halnya kekhawatiran yang muncul tentang kemungkinan restrukturisasi di Kaisa Group Holdings Ltd.
Baca Juga
Biaya pinjaman yang sangat tinggi telah secara efektif menutup banyak pengembang dari pasar utang luar negeri dalam beberapa pekan terakhir, meningkatkan risiko gagal bayar.
Analis Moody's Investors Service menulis dalam sebuah catatan pada Rabu (1/12/2021): "Pertumbuhan penjualan nasional akan tetap lemah untuk 6 hingga 12 bulan ke depan. Lingkungan kredit yang ketat meningkatkan risiko pembiayaan kembali di sektor ini, karena investor dan pemberi pinjaman terus menghindar dari pengembang yang lemah secara finansial."
Sebanyak 100 pengembang teratas China mengalami penurunan yang stabil dalam penjualan sejak Juli, dengan lebih dari setengah dari mereka mencatat penurunan lebih dari 30 persen year-on-year (yoy) bulan lalu, data CRIC menunjukkan.
Penjualan rumah di 29 kota utama China terus menurun berdasarkan wilayah pada November, merosot 32 persen yoy dan 19 persen dari bulan yang sama pada 2019.
Meskipun beberapa kota besar China seperti Shanghai dan Chengdu telah mempercepat persetujuan hipotek atau memangkas biaya pinjaman, pengembang harus terus bergantung pada diskon harga atau pemanis bagi pembeli rumah untuk mendorong penjualan, kata CRIC.
Analis Citigroup Inc memperkirakan penjualan rumah baru akan stabil pada awal Maret tahun depan, setelah perincian lebih lanjut dari rencana China untuk memungut pajak properti muncul, demikian catatan penelitian mereka.