Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Developer China Berebut Jualan untuk Kurangi Tekanan Likuiditas

Kalangan pengembang properti di China memacu penjualan mereka dalam 24 jam terakhir untuk mengurangi tekanan likuiditas di tengah aturan oemerintah yang makin ketat. tentang leverage.
Pembangunan apartemen di China./Bloomberg
Pembangunan apartemen di China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Perebutan uang tunai oleh perusahaan properti China semakin intensif karena industri tersebut mencari cara untuk mengurangi tekanan likuiditas yang bersejarah.

Kalangan developer mengumumkan rencana untuk mengumpulkan US$2,4 miliar hanya dalam 24 jam terakhir, sehingga total selama sepekan terakhir menjadi setidaknya US$4,2 miliar, demikian perhitungan Bloomberg yang dikutip Bisnis.com pada Jumat (19/11/2021).

Penggalangan dana terbaru termasuk divestasi saham China Evergrande Group di HengTen Networks Group dan penempatan saham kedua Country Garden Services Holdings dalam 6 bulan, serta penjualan obligasi oleh dua pengembang milik negara.

Developer properti meningkatkan upaya untuk mengumpulkan uang tunai karena mereka berusaha membayar utang pada saat aturan ketat tentang leverage, biaya pinjaman yang meningkat, dan penurunan penjualan rumah membatasi sumber dana tradisional.

Pembuat kebijakan China menjelaskan bahwa mereka mengharapkan pengembang memenuhi kewajiban mereka, bahkan ketika para pejabat mempertahankan pembatasan pada sektor ini.

"Banyak pengembang melakukan segala yang mereka bisa untuk mencegah default," kata Abhishek Rawat, manajer portofolio di Hong Kong Asset Management, yang menjadi lebih positif di sektor ini bulan lalu.

"Itu pertanda baik karena menyiratkan bahwa mereka peduli dengan reputasi mereka. Ini menunjukkan kesediaan mereka untuk membayar," lanjutnya.

Masalah terhadap kesepakatan terjadi karena pengembang menghadapi dinding dolar yang jatuh tempo dan obligasi lokal pada awal 2022.

Kalangan pengembang properti memiliki total obligasi dolar US$13,4 miliar dan setara dengan US$12,6 miliar dalam bentuk uang kertas yuan yang akan jatuh tempo pada kuartal pertama, demikian data yang dikumpulkan Bloomberg.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper