Bisnis.com, JAKARTA - Dua jajaran direksi bank global, UBS Group dan DBS Group Holdings, mempredikasi kondisi ketidakpastian yang akan terjadi ke depan dipicu oleh inflasi yang melonjak dan berkelanjutan.
Dilansir Bloomberg, Rabu (17/11/2021), pemimpin dewan direksi UBS Group AG Axel Weber mengatakan bahwa dunia kemungkinan akan melihat tingkat inflasi yang sangat tinggi dalam satu sampai dua tahun ke depan. Hal itu disampaikannya pada acara Bloomberg New Economy Forum di Singapura, Rabu (17/11/2021).
Pada kesempatan yang sama, Chief Executive Officer (CEO) DBS Group Holdings Ltd. Piyush Gupta menyebut kondisi inflasi ini semakin struktural.
Beberapa poin yang disampaikan baik oleh Weber dan Gupta pada acara tersebut, turut digaungkan oleh sejumlah figur besar di dunia keuangan.
"Mari ingat bahwa inflasi ini merupakan yang tertinggi selama 31 tahun, setidaknya berdasarkan data yang keluar dari Amerika Serikat [AS]. Inflasi ini akan tetap tinggi di masa mendatang," ujar Direktur Pelaksanan dan Wakil Ketua PIMCO John Studzinki.
John menambahkan bahwa akan datang suatu periode waktu ketika inflasi akan menjadi sangat volatil.
Baca Juga
Harga energi, bahan baku, dan transportasi telah melonjak berkat ekonomi yang kembali menggeliat dari periode lockdown, dan di saat yang sama rantai pasok mengalami tekanan.
Pada saat itu, klien UBS dari kelompok orang kaya tengah berpaling dari aset berisiko untuk melindungi kekayaan mereka dari risiko percepatan inflasi.
Pada saat suku bunga yang lebih tinggi dapat mendukung pemberian pinjaman bank, mereka juga bisa menjadi angin haluan bagi pasar saham.
Secara keseluruhan, kondisi pasar yang sedang berubah bisa menguntungkan perbankan karena mereka mendorong klien untuk melakukan lebih banyak perdagangan. Saat ini, DBS merupakan pemberi pinjaman terbesar di Asia Tenggara.