Bisnis.com, DUBAI — Kementerian Perindustrian mengungkapkan Al Khaleej Sugar Co, pabrik gula di Dubai tertarik untuk mengembangkan pabrik gula terintegrasi di Indonesia.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan Al Khaleej Sugar Co berencana untuk mengembangkan etanol dari gula.
“Mereka [Al Khaleej Sugar Co] ingin mengembangkan etanol dari gula. Nanti kita juga bisa dorong menjadi bahan bakar berbasis etanol,” katanya di sela-sela kunjungan ke Paviliun Indonesia dalam gelaran World Expo 2020 Dubai, Selasa (2/11/2021).
Selain sebagai bahan bakar, etanol, yang merupakan produk sampingan dari pabrik gula, juga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap gula rafinasi.
“Dalam konteks ini, impor gula bisa ditekan dan bahkan ke depan berpeluang berkurang sekitar 750 ribu ton per tahun.” ungkapnya.
Sebagai catatan, pada tahun ini, pemerintah mengalokasikan impor gula mentah untuk gula kristal rafinasi (GKR) sebanyak 3,1 juta ton. Dari jumlah tersebut, 1,9 juta ton dialokasikan untuk semester I/2021 dan 1,2 juta ton untuk semester II/2021.
Sementara itu, etanol juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Pasalnya, tren pengurangan emisi karbon membuat sejumlah negara memutar otak untuk mencari sumber energi yang lebih bersih.
Negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Filipina sendiri telah mengembangkan etanol dalam jumlah besar sebagai alternatif bahan bakar fosil.
Pemanfaatan etanol dalam energi baru dan terbarukan menjadi satu alternatif untuk pengurangan gas emisi karbon dari sektor transportasi.
Peneliti Senior dari Institut Teknologi Bandung Tirto Prakoso berpendapat bahwa keberhasilan beberapa negara, seperti Australia, Amerika Serikat, Thailand, dan Filipina dalam penerapan bioetanol dapat menjadi pembelajaran untuk Indonesia agar dapat memperkenalkannya di pasar domestik.
Menurut dia, pengembangan bioetanol dapat menciptakan lapangan pekerjaan di sektor pertanian, dan juga merangsang pertumbuhan industri pengolahan etanol domestik.
Dengan demikian, ke depannya Indonesia tidak tergantung oleh impor bahan bakar jadi dan impor minyak mentah.
“Selain tentu saja ada keuntungan lingkungan, di mana kita bisa mendapatkan udara yang lebih bersih, dan kualitas hidup yang lebih baik. Untuk itu, kita harus berani terlebih dahulu memperkenalkan bioetanol ke pasar domestik,” ujarnya.