Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Tekstil Terkonsentrasi di Industri Midstream

Industri midstream atau antara tekstil terdiri atas pemintalan benang, pewarnaan, dan pencetakan. Sejauh ini investasi pada sektor tersebut dinilai tumbuh karena faktor eksternal, bukan dampak dari kebijakan pemerintah.
Pedagang merapikan kain di salah satu gerai di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (8/12/2020). /Bisnis.com-Himawan L Nugraha
Pedagang merapikan kain di salah satu gerai di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (8/12/2020). /Bisnis.com-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Investasi di sektor tekstil terkonsentrasi di industri antara atau midstream.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan industri antara saat ini paling berpeluang dimasuki investasi asing karena strukturnya yang masih relatif lemah. Adapun industri antara tersebut terdiri atas pemintalan benang, pewarnaan, dan pencetakan.

Namun demikian, Redma memandang suburnya investasi di industri antara, terdorong oleh faktor eksternal dan bukan dampak dari kebijakan pemerintah.

"Kenapa ada investasi di midstream bisa tumbuh? karena kondisi dunia, bukan karena kebijakan pemerintah," katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (28/10/2021).

Faktor eksternal tersebut antara lain lalu lintas perdagangan yang terhambat, biaya pengapalan yang mahal, serta kendala pembatasan di sejumlah negara kompetitor.

Suplai bahan yang terhambat dari kantong-kantong impor seperti China, memunculkan celah yang harus diisi oleh pelaku industri dalam negeri. Celah pasar itu yang akhirnya mendorong masuknya investasi baru.

Redma mengatakan jika ingin terus mendorong aliran investasi asing untuk penguatan struktur industri dalam negeri, hal yang perlu diperhatikan adalah jaminan pasar dengan membatasi impor bahan baku.

"Ini yang dari dulu kami gaungkan, kalau kita hambat impor [bahan baku], pasti investasi masuk. Kalau marketnya dijamin, investasi datang," ujarnya.

Indonesia juga tidak bisa terus mengandalkan momentum situasi global untuk menarik investasi. Pada saat tertentu, iklim perdagangan dan ekonomi dunia akan berganti, sehingga kebijakan pemerintah perlu disiapkan sebagai tumpuan utama.

Salah satu instrumen pengendalian impor yang ditunggu pelaku industri yakni bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) atau safeguard untuk garmen. Penyusunan safeguard disebut-sebut sudah masuk dalam final meski belum juga diteken.

"Sekarang saja kami minta safeguard [garmen] susah sekali. Katanya sudah final, tapi yang penting implementasinya," kata Redma.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper