Bisnis.com, JAKARTA – Usaha mikro kecil dan menengah (Umkm) diharapkan memahami berbagai aspek perdagangan berkelanjutan agar produk Ekspornya bisa diterima di berbagai negara.
Sejauh ini, setidaknya terdapat 1.000 UMKM yang didampingi Direktorat Kerja Sama Pengembangan Ekspor Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan agar bisa menembus pasar ekspor dan mampu membuat profil dan laporan perusahaan yang berisi isu perdagangan berkelanjutan ini.
Untuk itu, Kemendag menggandeng Global Reporting Initiative (GRI) dan Asosiasi Business Development Services Indonesia (ABDSI) menggelar forum bisnis bertema “Strategi Branding Melalui Sustainability Company Profile untuk Pendamping BDS” secara hibrida.
“Penyelenggaraan forum bisnis ini diharapkan dapat membantu para pelaku UMKM untuk menembus pasar ekspor global yang kini semakin menjadikan sustainability sebagai syarat penerimaan produk. Kesadaran terhadap isu sustainability juga dapat meningkatkan daya saing produk di pasar global,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi melalui siaran pers, Senin (25/10/2021).
Terpisah, Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Marolop Nainggolan mengatakan pelaporan berkelanjutan sangat penting. Seiring dengan meningkatnya kesadaran soal aspek keberlanjutan, UMKM harus mempersiapkan diri menyediakan data administrasi seperti environmental, social, and corporate governance (ESG).
“Saat ini, negara-negara tujuan ekspor, seperti negara di Eropa dan Amerika makin memperketat kriteria sustainability untuk produk-produk yang diperbolehkan masuk ke negaranya,” kata Marolop.
Baca Juga
Ketua ABDSI Cahyadi Joko Sukmono mengatakan isu keberlanjutan menjadi satu kebutuhan dalam beberapa waktu terakhir. Meskipun isu green business belum menjadi perhatian signifikan di sektor UMKM, tetapi pelaku usaha harus melihatnya sebagai hal yang bersifat jangka panjang.
“Bisnis harus bersama-sama menjaga ekosistem agar tetap berkelanjutan. Tidak hanya tujuan ekonomi. tetapi juga dalam tujuan lingkungan dan sosial dengan menghubungkan kebutuhan global seperti memenuhi syarat negara tujuan ekspor untuk green business,” katanya.
GRI Country Program Manager Hendri Yulius Wijaya menambahkan prinsip-prinsip sustainability meliputi tiga aspek yang meliputi sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Ketiga prinsip tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan perubahan atau perbaikan internal maupun eksternal perusahaan.
“Beberapa contoh kegiatan berkelanjutan antara lain pelatihan dan pengembangan karyawan, pengelolaan limbah produk atau kemasan, penghematan energi dan air di lokasi pengolahan, penggunaan pemasok lokal, dan pelatihan masyarakat lokal untuk menjadi karyawan,” paparnya.