Bisnis.com, JAKARTA - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyebut fenomena inflasi global diperkirakan bersifat transitory atau sementara.
"Dalam pembahasan dengan IMF-World Bank Annual Meeting bersama G20, isu yang diangkat salah satunya adalah risiko global terkait inflasi. Kelihatannya semua sepakat melihat ini adalah kondisi yang transitory atau temporer," kata Dody pada konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Selasa (19/10/2021).
Meski demikian, Dody mengatakan periode kenaikan inflasi yang tinggi ini masih bisa berlangsung hingga pertengahan 2022.
Menurutnya, kondisi mismatch antara supply-demand dan supply shortage (kekurangan suplai) ini bisa berlangsung melampaui 2021. Namun, tekanan dari kondisi ini dinilai tidak akan menyebabkan kenaikan inflasi secara permanen atau berkelanjutan.
Dody lalu mengatakan terdapat berbagai cara untuk meredam tekanan tersebut. Misalnya, distribusi vaksin Covid-19 secara merata pada taraf global.
"Bukan hanya masalah vaksinasi secara herd immunity, tapi distribusi secara merata itu akan dilakukan. Ini merupakan global commitment dan joint action untuk mengatasi masalah kekurangan vaksin di negara-negara emerging atau less developing," kata Dody.
Baca Juga
Lalu, dengan adanya pemerataan distribusi vaksin diharapkan bisa membantu memulihkan investasi di sejumlah negara.
"Untuk 2022 kemungkinan inflasi ini akan kembali turun atau decelerate. Terutama sampai dengan pertengahan 2022," pungkas Dody.