Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi meminta pemerintah untuk waspada terkait dengan potensi inflasi akibat melesatnya bahan baku kapas di pasar internasional.
Fithra mengkhawatirkan tingginya harga kapas itu menyebabkan minimnya pasokan bahan baku pada kegiatan industri tekstil dalam negeri.
“Kalau ini berlarut-larut tentu akan menjalar pada inflasi, kalau kita lihat unsur inflasi ini adalah penyebab kontraksi ekonomi domestik mencapai 15 hingga 17 persen hampir setinggi Covid-19,” kata Fithra melalui pesan suara kepada Bisnis, Selasa (12/10/2021).
Menurut perhitungannya, faktor pandemi Covid-19 menyumbangkan kontraksi pada perekonomian nasional sebesar 17 hingga 19 persen; faktor energi dan komoditas menyebabkan kontraksi 0,6 hingga 9 persen; sementara inflasi mengakibatkan kontraksi perekonomian domestik mencapai 15 hingga 17 persen.
“Ketika menjalar menjadi inflasi ini akan mempunyai kontraksi ekonomi seperti Covid-19, kita harus memitigasi input produksi terutama lini kapas supaya tetap terjamin pasokannya, sehingga tidak terganggu produksi dalam negeri,” kata dia.
Di sisi lain, dia menambahkan sinyal peningkatan bahan baku industri dalam negeri terlihat jelas lewat raihan indeks manajer pembelian atau PMI Manufaktur Indonesia pada September 2021 berada di posisi 52,2.
“Ini merupakan berita baik sekaligus harus waspada, kenaikkan PMI ini artinya permintaan terhadap input produksi akan meningkat akhirnya ke depan,” kata dia.
Dilansir Bloomberg, Selasa (28/9/2021), harga kapas telah melonjak 28 persen sepanjang tahun ini karena permintaan yang ketat terutama dari China. Ini ditambah dengan gangguan pasokan akibat pandemi dan kekacauan logistik yang dipicu oleh naiknya biaya pengiriman.