Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah kinerja produksi dan permintaan ekspor yang terus tumbuh, industri hilir kehutanan menghadapi tantangan cuaca buruk pada akhir tahun.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo mengatakan potensi longsor dan banjir di penghujung tahun akan menghambat kayu log turun dari hulu ke hilir pada awal tahun ini. Hal itu seperti yang terjadi pada awal tahun ini, meski kemudian membaik pada pertengahan 2021.
"Prakiraan BMKG, pada November-Desember akan ada La Nina, hujannya di atas normal, berarti bisa longsor dan banjir dan akan ada kendala menurunkan log, padahal demand ekspor masih besar," kata Indroyono kepada Bisnis, Jumat (8/10/2021).
Pada awal tahun depan, kejadian yang sama diramalkan akan terulang meski dengan intensitas yang lebih ringan.
Menghadapi situasi tersebut, pengusaha hutan sebagian melakukan penimbunan kayu. Namun, penumpukan kayu tak bisa terlalu banyak karena akan berdampak pada jatuhnya harga. Selain itu, pengusaha juga mendasarkan analisis bisnisnya pada prakiraan cuaca BMKG.
"Setiap bulan kami lakukan analisis, kan ada ramalan [cuaca] enam bulan, tiga bulan, ada ramalam 10 hari. Itu menjadi penting sekali," katanya.
Baca Juga
Adapun dalam sembilan bulan pertama tahun ini, produksi hutan alam mencapai 3,9 juta m3 atau tumbuh 19,7 persen secara year-on-year. Sedangkan produksi hutan tanaman tercatat sebesar 34,7 juta atau tumbuh 2,3 persen secara yoy.
Sementara itu, kinerja ekspor industri hilir kehutanan mampu tumbuh 28 persen pada Januari-September 2021, dengan nilai US$10,5 miliar dari periode sebelumnya sebesar US$8,1 miliar.
Industri hilir kehutanan diketahui terdiri atas sembilan produk yakni bangunan prefabrikasi, serpih kayu, furnitur kayu, kerajinan, panel, kertas, pulp, veneer, dan woodworking.
Meski belum menetapkan proyeksi kinerja untuk tahun depan, Indroyono optimistis produksi dan ekspor sektor hilir kehutanan terus akan tumbuh. Hal itu mengikuti tren bekerja dari rumah di pasar-pasar utama tujuan ekspor Indonesia.