Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral Hong Kong meminta para bank untuk melaporkan eksposur pinjaman mereka ke Evergrande Group. Hal ini seiring kekhawatiran atas potensi risiko sistemik terhadap sistem keuangan negara tersebut.
Dikutip dari Bloomberg, Selasa (28/9/2021), salah seorang narasumber, yang enggan menyebutkan namanya, mengatakan Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA) memberikan waktu 24 jam kepada bank-bank untuk memberikan tanggapan mengenai komitmen keuangan mereka kepada Evergrande, baik dalam hal pinjaman maupun derivatif.
Dalam beberapa bulan terakhir, sudah dua kali HKMA berfokus pada seberapa besar bank-bank Hong Kong memberikan pinjaman ke Evergrande, seiring dengan pasar keuangan yang bersiap untuk menghadapi risiko keruntuhan pengembang asal China itu.
Evergrande Group, perusahaan raksasa properti China, diketahui tidak mampu membayar total utang yang jatuh tempo pada Kamis (23/9/2021) dengan nilai mencapai US$503 miliar atau setara dengan Rp4.355 triliun.
Seorang juru bicara HKMA mengatakan bahwa otoritas tidak dapat mengomentari rincian dialog mereka dengan pelaku industri perbankan Hong Kong. Namun, dia menyatakan bahwa penilaian risiko terhadap stabilitas perbankan tetap dapat dikelola.
“HKMA telah menjaga risiko kredit yang dihadapi sektor perbankan di bawah pengawasan ketat,” ujar juru bicara tersebut dalam surat elektronik atau email.
Baca Juga
Pada Juli 2021, HKMA telah meminta bank untuk menjelaskan keputusan mereka untuk menghentikan hipotek pada proyek properti Evergrande. Hipotek atau mortgage adalah utang berupa kredit berjangka panjang, yang dilakukan dengan memberikan hak tanggungan properti dari peminjam, kepada pemberi pinjaman sebagai jaminan terhadap kewajibannya.
Noel Quinn, Chief Executive Officer HSBC Holdings Plc, bank terbesar di Hong Kong, menyatakan belum melihat dampak langsung dari meningkatnya masalah di Evergrande. Hal itu disampaikannya dalam konferensi pers pekan lalu.
Sementara itu, bank-bank publik di China juga berupaya menenangkan investor. Setidaknya, 10 bank mengatakan kepada investor bahwa mereka memiliki jaminan yang cukup untuk mengendalikan potensi risiko yang bisa saja terjadi.
China Minsheng Banking Corp, pada akhir tahun lalu, mengatakan bahwa eksposur kepada Evergrande telah turun sekitar 15 persen dari Juni 2020. Sebagian besar pinjaman juga memiliki tanah, properti, atau proyek yang sedang dibangun.
Adapun, pemberi pinjaman terbesar dari Singapura, DBS Group Holdings Ltd., menyatakan tidak memiliki eksposur ke Evergrande, serta tak melihat krisis sebagai risiko sistemik bagi industri perbankan di kawasan itu, ungkap Chief Executive Officer Piyush Gupta.