Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyatakan tren ekspansi industri sektor riil atau manufaktur dalam negeri relatif berjalan positif pada neraca perdagangan Agustus tahun ini.
Margo beralasan struktur impor dalam negeri 74,20 persen didominasi golongan bahan baku atau penolong yang berperan untuk memacu produktivitas industri domestik.
“Kita lihat terjadi kebutuhan industri yang semakin bagus, karena impor bahan baku meningkat dan impor barang modalnya meningkat menandakan permintaan di sektor industri cukup bagus untuk meningkatkan kapasitas produksi,” kata Margo melalui keterangan daring, Rabu (15/9/2021).
Berdasarkan catatan BPS, nilai impor nonmigas Agustus 2021 yang mencapai US$14.629,5 juta didominasi oleh golongan mesin atau peralatan mekanis dan bagiannya mencapai US$2.192,9 juta atau 14,99 persen serta mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya senilai US$1.872,5 juta atau 12,80 persen.
Dilihat dari perkembangannya, kedua golongan barang HS 2 digit tersebut menjadi golongan barang yang mengalami peningkatan terbesar jika dibandingkan Juli 2021, yaitu senilai US$318,5 juta atau 16,99 persen dan US$165,7 juta atau 9,70 persen.
Selanjutnya diikuti oleh besi dan baja sebesar US$127,7 juta atau 13,94 persen, logam mulia dan perhiasan atau permata senilai US$112,8 juta atau 98,33 persen, dan buah- buahan mencapai US$77,6 juta atau 84,29 persen.
“Ini menggambarkan permintaan industri cukup bagus Agustus ini karena ditandai permintaan bahan baku yang cukup tinggi secara keseluruhan bahan baku atau penolong itu 74,20 persen,” kata dia.
Di sisi lain, struktur impor barang modal dari keseluruhan neraca perdagangan Agustus tahun ini sebesar 14,47 persen dan konsumsi 11,33 persen.
Adapun, neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Agustus 2021, seiring dengan menguatnya permintaan ekspor dan kenaikan harga komoditas.
BPS mencatat surplus neraca perdagangan pada bulan tersebut sebesar, US$4,74 miliar. Surplus ini lebih tinggi dari bulan Juli lalu sebesar US$2,59 miliar. Sebagai catatan, surplus neraca perdagangan pada bulan Juli 2021 merupakan surplus ke-16 kalinya sejak Mei 2020.
Surplus sebesar US$4,74 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$5,72 miliar. Sedangkan di sektor migas terjadi defisit US$0,98 miliar.