Bisnis.com, JAKARTA - Untuk menekan tingkat pemanasan global sekaligua menghemat biaya listrik, banyak perusahaan yang mulai memanfaarkan atap pabrik dengan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap sekaligus mendukung Gerakan Nasional Sejuta Surya yang telah dikampanyekan oleh pemerintah sejak tahun 2017.
Salah satunya adalah PT Bungasari Flour Mills Indonesia (Bungasari) yang mulai memanfaatkan PLTS atap di salah satu pabriknya di Kawasan Industri Medan 4, Sumatera Utara.
Pemasangan sistem PLTS dengan kapasitas 2.4 megawatt-peak ini dilaksanakan dengan menggandeng PT Xurya Daya Indonesia, startup nasional penyedia jasa pembangunan PLTS atap.
Presiden Direktur Bungasari Budianto Wijaya mengatakan dengan beroperasinya proyek PLTS atap ini, pihaknya akan memproduksi sendiri energi listrik untuk kebutuhan pabriknya di Medan, dengan sumber tenaga surya sebesar 2.940.819 kilowatt-hour (kWh) per tahun atau setara dengan penghematan pengeluaran hingga Rp3 miliar per tahun.
Produksi energi listrik bersih tersebut juga setara dengan pengurangan karbon dioksida sejumlah 68.668.113 kg atau konsumsi listrik untuk 46,969 rumah atau green house gas (22.261.996 liter).
Selain itu, dengan pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, Bungasari juga melakukan penghematan yang sebanding dengan penghematan emisi atas 14.704 kendaraan roda empat.
Baca Juga
"Pembangunan PLTS atap di Medan ini merupakan pilot project Bungasari dalam menggaungkan kepedulian terhadap lingkungan. Kami tentunya berharap inisiatif ini dapat terus berlanjut ke pabrik-pabrik Bungasari lainnya," jelas Budianto.
Adapun untuk proses pemasangan dan penyelesaian proyek PLTS Atap ini diperkirakan memakan waktu sekitar lima hingga enam bulan.
"Harapan kami di awal tahun 2022 proyek ini sudah selesai di tahap awal dan bisa mulai beroperasi," ujarnya.
Sementara itu, Managing Director Xurya Eka Himawan sangat mengapresiasi komitmen Bungasari sebagai pabrik terigu pertama di Indonesia yang menggunakan energi baru terbarukan dalam kegiatan operasionalnya.
"Langkah ini tentu sangat penting untuk mengurangi dampak climate change yang dapat mengancam keberlangsungan produksi pertanian," terangnya.