Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gas Tetap Dibutuhkan Meski PLTS Atap Masif Digunakan

Pengembangan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap dinilai tidak akan mengurangi konsumsi gas bumi karena bersifat intermitten dan membutuhkan energi lain sebagai penopangnya.
Wakil Menteri ESDM periode 2016-2019 Arcandra Tahar./JIBI-Abdullah Azzam
Wakil Menteri ESDM periode 2016-2019 Arcandra Tahar./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Pengembangan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap dinilai tidak akan mengurangi konsumsi gas bumi karena bersifat intermitten dan membutuhkan energi lain sebagai penopangnya.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2016–2019, mengatakan bahwa penggunaan PLTS atap tidak bisa berjalan sendiri. Sifatnya yang intermittent membuatnya membutuhkan dukungan dari sumber energi lain.

“PLTS tidak bisa berdiri sendiri atau [kalau berdiri sendiri] akan mahal. Kalau berdiri sendiri itu tanpa bantuan baterai atau sumber energi lain,” katanya dalam diskusi yang digelar Jumat (10/9/2021) malam.

Arcandra menuturkan, gas bumi bisa menjadi energi primer yang diandalkan untuk menyokong penerapan PLTS atap yang memiliki keterbatasan karena kondisi cuaca.

Menurutnya, kombinasi PLTS atap dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) bisa dikembangkan secara bersamaan, karena harganya lebih murah dibandingkan dengan mengandalkan baterai untuk menyimpan listrik.

“Untuk saat sekarang gas lebih punya nilai kompetitif,” ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian ESDM menjadikan upaya mendorong penggunaan PLTS atap sebagai prioritas pengembangan energi baru terbarukan untuk jangka pendek.

Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, mengatakan bahwa target bauran energi dari energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen di 2025 tidak memiliki hubungan dengan bisnis.

Hal itu membuat pemerintah mendorong penggunaan PLTS atap sebagai prioritas pengembangan EBT jangka pendek agar mampu mengejar target bauran energi 23 persen di 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper