Bisnis.com, JAKARTA — Industri bahan baku obat (BBO) dalam negeri masih terganjal segudang tantangan meski telah didorong Instruksi Presiden No.6/2016 tentang percepatan pemngembangan industri farmasi dan alat kesehatan.
Presiden Direktur PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) Pamian Siregar mengungkapkan dari sisi ekosistem bisnis, skala keekonomian yang kecil menyebabkan industri ini sulit berkembang.
Pamian menyebut hingga kini hanya ada 3 hingga 4 perusahaan yang memproduksi BBO berbasis kimia dalam jumlah yang terbatas. Kapasitas produksi yang rendah menyebabkan pelaku industri sulit mencapai harga yang kompetitif dengan BBO impor.
"Dengan economic scale BBO kita yang kecil, sudah pasti berdampak pada unit cost yang efisien sehingga sulit menghasilkan harga yang kompetitif," katanya kepada Bisnis, Senin (13/9/2021).
Pada kondisi seperti itulah, lanjutnya, peran kebijakan pemerintah sangat dibutuhkan.
Selain skala keekonomian yang kecil, industri BBO juga sangat tidak atraktif bagi investor karena tingginya daya tawar pelanggan dan persaingan kompetitif, belum lagi lamanya periode pengembalian.
Sehingga menurutnya, pengembangan industri BBO harus dilakukan bukan dengan pendekatan bisnis melainkan ketahanan nasional di bidang farmasi. Jika berkaca pada pemain utama industri BBO dunia yakni China dan India, pemerintahnya secara konsisten memberikan insentif untuk menaikkan daya saing.
Di India, misalnya, meski persentase impor BBO berkisar 63 persen, tetapi pemerintah tetap memberikan insentif produksi sebesar 10–20 persen.
"Industri BBO Indonesia disuruh bersaing dengan harga yang sudah mendapatkan insentif seperti itu, tentu sulit," lanjut Pamian.
Tantangan selanjutnya yakni mengembangkan industri hulu BBO yaitu kimia kimia dasar (petrokimia) dan fine chemical (intermediate). Dengan skala keekonomian BBO yang rendah, hal yang sama juga terjadi pada industri hulu.
Sebenarnya, komoditas intermediate bisa digunakan dalam industri kimia lain. Misalnya, skala keekonomian produksi Paracetamol dapat tercapai karena bahan bakunya bisa digunakan pada industri pigmen, wewangian, dan produk perawatan personal. Pengembangan semacam ini juga tidak bisa lepas dari peran serta pemerintah.
"Jadi industri-industri yang related bisa saling mendukung di industri kimia dasar," katanya.