Bisnis.com, JAKARTA – Industri semen disebut mengalami tekanan tinggi seiring naiknya harga batu bara acuan (HBA) pada September 2021 hingga US$150,03 per ton.
Pelaksana Harian Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Djoko Widajatno menyebutkan bahwa tekanan tersebut menyebabkan industri semen sulit untuk berkembang.
“Industri semen banyak yang rontok karena pasarnya tidak berkembang, sedangkan pembangunan infrastruktur juga pembayarannya sangat sukar,” katanya kepada Bisnis, Selasa (7/9/2021).
Seperti diketahui, Kementerian ESDM menetapkan HBA pada September 2021 meroket hingga US$150,03 per ton. Angka itu naik US$19,04 per ton dibandingkan dengan Agustus, yakni US$130,99 per ton.
Djoko menilai, terus meningkatnya harga batu bara akan menyulitkan ketersediaan pasokan untuk industri semen. Pasalnya, muncul dugaan pemasok lebih memilih melakukan ekspor lantaran harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam negeri.
Kementerian ESDM sendiri telah menetapkan harga jual domestik (Domestic Market Obligation/DMO) batu bara mencapai US$70 per ton. Angka itu hanya 46,65 persen dibandingkan dengan harga batu bara acuan untuk ekspor per September 2021.
Baca Juga
“Dampak langsung [kenaikan baru bara] sukar mendapatkan pemasok, karena pemasok juga ada keinginan dapat kesempatan emas dari ekspor,” terangnya.
Lebih lanjut, Djoko meminta, pemerintah untuk mempertimbangkan kembali kebijakan baru terhadap DMO. Hingga kini, AMI dan pemerintah telah menggelar focus group discussion terkait kebijakan harga tersebut.
Di sisi lain, dia menyebutkan bahwa kenaikan harga batu bara turut dipicu oleh kenaikan harga gas alam yang menjalar pada meningkatnya biaya pembangkit listrik dengan bahan bakar energi tersebut.
Dia menjelakan bahwa biaya pembangkitan listrik dengan gas alam pada 31 Agustus mencapai €47,68/MWh, sedangkan pembangkit listrik berbahan baku batu bara hanya €40,17/MWh. Situasi ini menyebabkan batu bara makin dilirik.
“Akibatnya, permintaan batu bara naik dan harga ikut terungkit. Ada indikasi bahwa harga pembangkitan listrik dengan gas alam akan lebih mahal ketimbang baru bara hingga awal 2022. Ini membuat batu bara lebih atraktif,” katanya.
Sebelumnya, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat harga batu bara untuk industri semen saat pengiriman atau freight on board (FoB) telah naik 60 persen secara tahunan per Juli 2021. ASI memprediksi harga batu bara untuk industri semen akan menjadi dua kali lipat pada akhir tahun.
“Hal ini akan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan industri semen, karena harga batu bara adalah sekitar 35–40 persen dari total biaya produksi,” kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso.