Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan produksi dan permintaan baru di industri manufaktur Indonesia masih terhitung tajam pada Agustus 2021 sehingga utilisasi tenaga kerja belum sepenuhnya pulih. Hal itu mempengaruhi angka Purchasing Managers' Index (PMI) yang berada di level kontraksi 43,7.
Fajar Budiono, Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) mengatakan sudah ada perbaikan kinerja pada bulan lalu, terutama di sektor peralatan rumah tangga. Hal itu karena perusahaan di sektor ini telah memvaksinasi sebagian besar karyawannya sehingga kapasitas produksi mencapai 70 persen.
"Kelihatannya, teman-teman [pelaku usaha] menunggu karyawannya divaksin untuk bisa running 100 persen, karena beberapa [daerah] sudah ada di [PPKM] level 2 dan level 3," kata Fajar kepada Bisnis, Rabu (1/9/2021).
Fajar berharap vaksinasi terus meluas ke industri-industri plastik konverter di hilir.
Sementara itu, sektor lainnya seperti pesta dan pariwisata belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada bulan lalu. Industri yang berada di wilayah dengan PPKM level 2 sudah mulai bergeliat. Namun dibutuhkan perluasan pelonggaran untuk mencapai kapasitas maksimal.
Fajar melanjutkan, di antara kebijakan pemerintah selama PPKM, subtitusi impor berjalan baik dan mampu menekan barang masuk dari luar negeri. Kondisi ini didukung dengan masalah rantai pasok global yang belum pulih dengan kelangkaan kontainer dan kemacetan pelabuhan-pelabuhan utama dunia.
"Tetapi minusnya ekspor terganggu sehingga barang numpuk di gudang sehingga harus ada action plan yang sepertinya agak panjang," ucapnya.
Adapun Indeks manajer pembelian atau purchasing managers' index manufaktur Indonesia tercatat berada di posisi 43,7 pada Agustus 2021. Terdapat kenaikan setelah terjadi koreksi dua bulan berturut-turut.
Berdasarkan keterangan resmi IHS Markit, purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia pada Agustus 2021 meningkat dari 40,1 pada Juli 2021. Adapun, catatan PMI manufaktur Juli 2021 itu anjlok dari angka 53,5 pada Juni 2021.