Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyepakati asumsi dasar ekonomi makro dan target-target pembangunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022. Untuk pertumbuhan ekonomi, angkanya dinaikkan dari yang diusulkan sebelumnya.
Dalam kerangka yang diajukan pemerintah, ekonomi diproyeksikan dalam rentang 5 persen sampai 5,5 persen. Setelah rapat kerja, angkanya naik menjadi 5,2 persen sampai 5,5 persen.
Besaran yang berubah lainnya adalah tingkat suku bunga surat utang negara (SUN) 10 tahun dari 6,82 persen jadi 6,80 persen. Sisanya, tidak ada perbubahan. Inflasi disepakati 3 persen dan nilai tukar rupiah Rp14.350.
Begitu pula dengan target dan indikator pembangunan. Tingkat pengangguran terbuka 5,5 persen sampai 6,3 persen.
Tingkat kemiskinan 8,5 persen sampai 9 persen, sedangkan rasio gini 0,376 sampai 0,37. Indeks pembangunan manusia 7,41 sampai 73,46. Nilai tukar petani 103 sampai 103. Terakhir, nilai tukar nelayan 104-106.
“Dengan demikian kesimpulan rapat dapat kita terima,” kata Ketua Komisi Keuangan DPR, Dito Ganinduto mengesahkan hasil pertemuan, Senin (30/8/2021).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa tahun depan masih banyak ketidakpastian. Pemerintah akan bekerja sama dengan baik bersama semua pihak untuk mengawal pemulihan ekonomi dan menghadapi Covid-19.
Meski begitu, pada saat pemaparan sebelum pengesahan, Sri mengakui proyeksi 5 persen sampai 5,5 persen yang diajukan pemerintah agak berat.
“Ini adalah salah satu forecast yang mungkin paling sulit di tengah ketidakpastian yang begitu banyak. Pandemi tidak bisa 100 persen kita prediksi,” jelasnya.