Bisnis.com, JAKARTA - Perum Bulog memastikan bahwa beras yang disalurkan untuk program bantuan sosial selama PPKM darurat berasal dari pengadaan baru. Pernyataan ini mengemuka setelah penemuan beras bansos rusak beberapa waktu lalu.
Direktur Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan bahwa beras untuk bansos disalurkan setelah melalui proses rice-to-rice. Lewat proses ini, perusahaan mengawasi kualitas setiap beras yang dikemas untuk diterima keluarga penerima manfaat (KPM).
“Kalau rice-to-rice itu tidak mungkin ada kutu, bau dan lainnya karena sudah melalui proses terstandardisasi,” kata Budi di hadapan Komisi IV DPR RI, Senin (30/8/2021).
Budi juga memastikan perusahaan tidak menggunakan stok hasil pengadaan lama karena pertimbangan kecepatan. Dia menjelaskan bahwa proses pengeluaran beras pengadaan 2018 atau 2019 membutuhkan waktu yang lebih lama.
“Beras yang disalurkan rata-rata beras baru dan berasal dari pengadaan tahun ini karena untuk kecepatan. Karena kita tidak sempat lagi untuk mengeluarkan beras-beras yang lama. Memang tidak mungkin memproses beras lama, apalagi yang 2018 atau 2019 karena membutuhkan proses yang terlalu lama. Jadi kita menggunakan beras-beras baru,” jelasnya.
Dia mengemukakan beras rusak dalam paket bansos yang ditemukan di Banten belum lama ini dipicu oleh proses distribusi. Dia juga mengemukakan beras rusak tersebut diganti sebelum diterima oleh KPM.
Baca Juga
“Begitu beras berangkat dari gudang kita lepas tanggung jawab, kita kontrol di sana. Bagaimanapun karena ada kerusakan harus kami ganti, karena itu Bulog segera ganti dengan kualitas baik,” kata dia.
Bulog tercatat menyalurkan 288.000 ton beras bansos selama PPKM darurat kepada lebih dari 20 juta KPM di seluruh Indonesia. Selain menyalurkan beras bansos, perusahaan juga telah mengeluarkan 305.000 ton stok beras yang terdiri atas 245.000 ton beras untuk operasi pasar, tanggap bencana 4.000 ton, dan golongan anggaran 55.000 ton.