Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memperkirakan Indonesia tak lagi mengalami defisit perdagangan pada 2024, seiring dengan meningkatnya ekspor produk manufaktur yang produksinya ditopang investasi.
“Bayangan saya 2024 neraca dagang dengan China nol, zero, karena impor dan ekspor kita [dengan China] sama,” kata Lutfi dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (25/8/2021).
Proyeksi ini mengemuka usai Indonesia berhasil memangkas defisit sepanjang 2020. Lutfi menjelaskan defisit perdagangan dengan China berkurang drastis dari rata-rata US$15 miliar per tahun pada kurun 2005 sampai 2019 menjadi hanya US$7,85 miliar pada 2020.
Dia menjelaskan penurunan defisit dengan China yang drastis tak lepas dari naiknya ekspor besi dan baja. Ekspor pada kelompok barang ini, terutama pada jenis stainless steel, meningkat usai Indonesia menerima kucuran investasi pertambangan nikel.
“Apa yang terjadi? Ini barangnya teknologi China, investasi China, kita kirim balik ke China. Tahun lalu 69 persen dari US$10,68 miliar ekspor besi dan baja balik lagi ke China. Defisit kita turun separuh jadi sekitar US$7,5 miliar,” papar Lutfi.
Lutfi mengemukakan situasi ini juga dialami oleh Vietnam. Negara tersebut tercatat menerima investasi asing untuk industri elektronika yang berdampak pada meningkatnya ekspor produk tersebut.
Baca Juga
Peluang serupa bisa diraih Indonesia mengingat terdapat sejumlah investasi dengan nilai di atas US$3 miliar dari China. Meski tidak memerinci apa saja industri yang dimaksud, dia meyakini ekspor produk manufaktur bisa meningkat.
Selain prospek ekspor pada produk hasil investasi Negeri Panda, Lutfi menjabarkan pula peluang ekspor untuk kendaraan listrik seiring dengan hadirnya investasi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) sekitar US$10 miliar dari LG Energy Solution.
“Ini investasinya dari hulu ke hilir. Saya yakin teknologi EV kita akan maju dan kita akan menjadi sentral kendaraan listrik pada masa depan,” ujarnya.