Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menetapkan asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan asumsi tahun ini. Sementara itu, asumsi lifting minyak bumi pada tahun depan ditetapkan lebih rendah.
Dalam pidato kenegaraan pada saat Sidang Tahunan di DPR RI, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa asumsi pada 2022 berpijak pada kebijakan reformasi struktural serta memperhitungkan dinamika pandemi Covid-19 di Indonesia.
“Harga minyak mentah Indonesia [ICP] diperkirakan akan berkisar pada US$63 per barel. Lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 703.000 barel dan 1,03 juta barel setara minyak per hari,” ujar Presiden, Senin (16/8/2021).
Berdasarkan Buku II Nota Keuangan, disebutkan bahwa harga permintaan minyak global semakin pulih dan diperkirakan terjadi hingga akhir 2022.
Ekspektasi pandemi Covid-19 yang juga mulai mereda di tahun 2022 mendorong berlanjutnya pemulihan aktivitas industri global dan penerbangan antarwilayah.
Di saat yang sama, produksi minyak juga mulai mengalami peningkatan seiring dengan harga yang mulai meningkat dan rig-rig yang mulai kembali beraktivitas.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang minyak akan mulai melakukan ekspansi bisnis, mengingat neraca keuangan yang sudah mulai membaik.
Hal itu juga akan mendorong harga minyak sedikit tertahan, karena kondisi penawaran dan permintaan yang mulai mencapai keseimbangan baru.
Di sisi lain, perkembangan pesat energi alternatif yang lebih ramah lingkungan juga berdampak pada pergerakan harga minyak mentah ke depan. Permintaan energi alternatif yang meningkat akan menahan kenaikan harga minyak mentah.
Sementara itu, intervensi kebijakan OPEC+ dalam merespon perkembangan harga juga akan berdampak pada pergerakan ke depan. Faktor geopolitik, terutama di Timur Tengah juga akan mempengaruhi arah harga minyak.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka harga minyak mentah Indonesia 2022 diperkirakan mencapai kisaran US$63 per barel.