Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil Dunia Usaha sebagai Pahlawan Bangsa, RI Bisa Chaos Kalau Pengusaha Tak Kuat

Konsumsi masyarakat berkaitan erat dengan daya beli. Muaranya adalah kepastian pendapatan. Penghasilan bisa terjadi apabila tercipta lapangan kerja. Hal tersebut bisa terwujud apabila didorong oleh dunia usaha.
Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memberikan pemaparan dalam seminar Indonesia Economic & Investment Outlook 2020 di Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memberikan pemaparan dalam seminar Indonesia Economic & Investment Outlook 2020 di Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa Undang-Undang (UU) tentang Cipta Kerja diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya.

Pasalnya, regulasi atau undang-undang sapu jagad ini akan mempermudah dunia usaha sehingga pada akhirnya meningkatkan ekonomi Indonesia.

“Sebab jika kita melihat potret perekonomian pada triwulan II/2021, 84 persen pertumbuhan ekonomi nasional kontribusinya konsumsi dan investasi,” katanya pada diskusi virtual, Kamis (12/8/2021).

Bahlil menjelaskan bahwa konsumsi masyarakat berkaitan erat dengan daya beli. Muaranya adalah kepastian pendapatan.

Penghasilan bisa terjadi apabila tercipta lapangan kerja. Hal tersebut bisa terwujud apabila didorong oleh dunia usaha.

“Makanya dunia usaha yang dipimpin Pak Arsjad Rasjid [Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin)] ini sebagai pahlawan bangsa sekarang. Karena kalau tidak, chaos ini negara kalau pengusaha tidak kuat,” jelasnya.

Terkait investasi, Bahlil menuturkan bahwa tidak mungkin Indonesia bisa masuk pada transformasi untuk memberikan nilai tambah tanpa ada hilirisasi. Semua itu butuh kucuran modal.

Sementara itu, ekonomi Indonesia yang saat ini tumbuh 7,07 persen secara tahunan pada kuartal II/2021 bisa menjadi secercah harapan untuk lebih baik.

“Banyak yang bilang jangan terlena karena tumbuh 7,07 persen. Betul. Tapi kita harus optimisitis. Sebab, tanpa optimisme tidak akan pernah sebuah negara maju menatap masa depan dengan baik,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper