Bisnis.com, JAKARTA – Perekonomian Indonesia tumbuh mencapai 7,07 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada kuartal II/2021. Pertumbuhan tersebut menandakan Indonesia keluar dari resesi selama empat kuartal berturut-turut.
PDB Indonesia tumbuh 7,07 persen (yoy) dipicu oleh efek base line yang rendah di kuartal II/2020 yaitu -5,32 persen. Di samping itu, ada beberapa faktor lain yang berperan.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan pemulihan di semester I/2021, terutama di kuartal kedua, berkat upaya vaksinasi Covid-19, penyaluran stimulus fiskal dari program PEN 2021, kebijakan moneter akomodatif, permintaan (demand) dari luar negeri seiring dengan pemulihan ekonomi global, serta basis yang rendah pada kuartal yang sama di tahun lalu.
Dia lalu memperkirakan pemulihan bertahap akan terjadi di paruh kedua 2021, di tengah potensi tekanan yang dipicu oleh pembatasan mobilitas dan kegiatan masyarakat saat ini.
“Kami memperkirakan pemulihan ekonomi bertahap akan terus berjalan di tengah penerapan PPKM level 3-4,” tutur Andry pada kajian yang dikutip, Kamis (5/8/2021).
Meski begitu, dia tidak menampik bahwa pemulihan yang berlangsung akan melemah saat memasuki semester II/2021 akibat penerapan PPKM, yang ditujukan untuk menekan laju penyebaran Covid-19.
Baca Juga
Andry menilai penerapan PPKM level 3 dan 4 serta akselerasi vaksinasi Covid-19 menjadi senjata untuk mengakhiri gelombang penyebaran Covid-19. Dengan mengoptimalkan dua hal tersebut, Andry memperkirakan pembatasan mobilitas tidak akan berdampak lebih jauh dari kuartal III/2021.
“Kita berharap agar PPKM Darurat/level 3 dan 4 bisa direlaksasi di kuartal IV/2021 sehingga pemulihan dapat dipercepat lagi,” jelasnya.
Adapun, katalis dari pemulihan ekonomi di paruh kedua tahun ini adalah permintaan komoditas dari eksternal yang didorong oleh pemulihan global yang lebih cepat, permintaan domestik yang didorong oleh percepatan vaksinasi, dan inflasi yang relatif rendah dan stabil untuk mendukung daya beli.
Selanjutnya, peningkatan belanja pemerintah di paruh kedua karena faktor musiman, penerapan UU Cipta Kerja serta peran Indonesia Investment Authority dalam memperbaiki iklim investasi, serta komitmen pemerintah dan Bank Indonesia untuk mempertahankan kebijakan fiskal akomodatif.
Di sisi lain, risiko yang dihadapi oleh prospek pemulihan adalah mutasi virus, yang dapat dipicu juga oleh buruknya pengendalian krisis pandemi seperti capaian vaksinasi yang tidak sesuai target.
“Terlebih, pemulihan ekonomi global yang timpang, dipimpin oleh lebih cepatnya pemulihan ekonomi negara maju yang dapat memicu capital outflow,” pungkasnya.