Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti permasalahan pada sektor keuangan terbesar yaitu perbankan yang lamban menyalurkan kredit di tengah upaya restrukturisasi nasabah.
Oleh karena itu, Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan kredit menjadi negatif, sehingga sulit untuk memulihkan perekonomian dengan hanya bergantung pada satu mesin pertumbuhan, yaitu sisi fiskal.
“Sektor keuangan yang 70 persen mayoritas didominasi oleh sektor perbankan tidak menyalurkan kreditnya karena mereka sedang dalam proses melakukan restrukturisasi kepada hampir seluruh nasabahnya. Ini berarti credit growth kita negatif, dan akan sangat sulit untuk memulihkan ekonomi sebelum sektor keuangan juga memulihkan credit growth-nya,” jelas Sri Mulyani pada Pembukaan Virtual Acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like It), Selasa (3/8/2021).
Bendahara negara tersebut lalu mengatakan bahwa sektor keuangan diharapkan dapat secara bertahap mengembalikan fungsi intermediasinya (intermediary function) pada sisi penyaluran kredit.
Sementara itu, Sri Mulyani turut menyoroti permasalahan di mana dana yang tersimpan di perbankan selama pandemi Covid-19 meningkat. Lebih rinci, jumlah masyarakat yang memiliki tabungan di atas Rp100 juta di bank meningkat selama pandemi Covid-19, lebih banyak dari masyarakat yang menghadapi kesulitan perekonomian semasa pandemi.
“Masyarakat yang tabungannya di atas Rp100 juta meningkat lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang menghadapi situasi ekonomi sulit dan oleh karena itu tabungan di bawah Rp100 juta menurun. Ini yang harus kita waspadai,” tuturnya.
Baca Juga
Di sisi lain, teknologi digital memberikan kesempatan bagi sektor keuangan untuk menjadi lebih inklusif, sehingga mampu melakukan penetrasi ke masyarakat dan ekonomi secara lebih dalam.
Pasalnya, dia melihat rasio sektor keuangan terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara Asean. Maka itu, sektor keuangan harus ditingkatkan di sisi kedalaman dan stabilitasnya.
“Bahkan dalam region Asean, kalau kita hitung dari sisi indikator aset keuangan terhadap GDP, aset perbankan terhadap PDB, kapitalisasi pasar modal, aset dari industri asuransi, maupun aset dana pensiun, semuanya dalam rasio terhadap GDP Indonesia masih termasuk yang terendah [di posisi] lima, jika dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina,” jelasnya.
Oleh karena itu, Sri Mulyani menegaskan pentingnya untuk meningkatkan tingkat kedalaman pasar dan literasi keuangan, agar semakin banyak masyarakat yang paham dan terjun ke sektor keuangan.