Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mengklaim mengalami penurunan jumlah penumpang perjalanan hingga 60 persen.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan industri penerbangan Indonesia tengah menghadapi kondisi yang sangat sulit. Kendati mendukung kebijakan PPKM Darurat sebagai langkah memutus penyebaran rantai Covid-19 tetapi tak bisa dipungkiri bisnis penerbangan saat ini terdampak juga oleh pelaksanaan PPKM.
Dia menyebutkan, kondisi itu tercermin dari jumlah penumpang yang menurun sangat drastis jika dibandingkan sebelum pelaksanaan PPKM Darurat.
“Penumpang drop lebih dari 60 persen dibanding sebelum PPKM,” katanya, Senin (2/8/2021).
Pengamat dari Arista Indonesian Aviation Center (Aiac) Arista Atmadjati menilai dalam kondisi saat ini bisnis penerbangan belum bisa lepas dari kondisi terpuruk.
Pasalnya, kata dia, pandemi Covid-19 khususnya di Indonesia juga tak kunjung tertangani dengan baik. Selama pandemi Covid-19 belum bisa ditangani dengan baik, bisnis maskapai tetap babak belur.
“Masalahnya, pandemi ini sampai kapan? Enggak ada yang bisa menjawab pertanyaan ini termasuk pemerintah,” katanya.
Terlebih di masa PPKM Darurat ini dampak bagi maskapai semakin berat lantaran menurut perhitungannya jumlah penumpang bisa menurun hingga 70 persen. Menurutnya, penurunan ini disebabkan setidaknya oleh dua hal yakni keengganan masyarakat untuk bepergian seiring pembatasan serta ketatnya peraturan dari pemerintah dengan harus membawa hasil tes PCR.
Baca Juga : PPKM Bikin Super Air Jet Tunda Terbang? |
---|
“Maskapai kita ini sebenarnya sudah nggak kuat dan mau lempar handuk. Tapi saya apresiasi dan salut sama mereka karena masih mau melayani dalam kondisi seperti ini,” katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penumpang penerbangan domestik per Juni lalu mencapai 3,52 juta orang, atau naik 468,87 persen dibandingkan dengan Juni 2020 yang hanya 620.000 orang. Namun, jumlah penumpang domestik belum kembali ke level sebelum pandemi (Juni 2019) mencapai 7 juta orang.
Praktis, kata dia, akibat penurunan jumlah penumpang, industri penerbangan hanya bisa mengandalkan pendapatan dari angkutan barang atau kargo. Menurutnya, bisnis kargo ini kedepannya prospektif seiring dengan tren peningkatan belanja daring di e-commerce.