Bisnis.com, YOGYAKARTA - Yogyakarta menjadi bagian rindu tersendiri bagi sebagian orang yang pernah berkunjung ke sana. Banyak hal yang menjadi alasan untuk kembali ke Yogyakarta, kuliner yang khas, suasana yang hangat, masyarakat yang ramah dan wisata yang lengkap.
Apa yang diinginkan di benak para pelancong hampir seluruhnya bisa didapatkan di Yogyakarta.
Tradisi yang kental, wisata alam dari gunung hingga pantai, wisata heritage dan yang tak terlupakan adalah bagaimana Yogyakarta seperti hidup mendekap wisatawan agar bisa kembali ke sana.
Salah satu peninggalan sejarah yang sulit untuk dilupakan begitu saja adalah Stasiun Tugu, Yogyakarta. Stasiun yang menjadi bagian dari perjalanan sejarah perkeretaapian di Indonesia tersebut dipastikan tak terpisahkan dari kepingan rindu Yogyakarta.
Hampir setiap wisatawan pasti memiliki rekaman ingatan bagaimana Stasiun Tugu menjadi tempat pemberhentian sebelum memasuki ingatan-ingatan yang lain di Yogyakarta.
Terletak di Jalan Pasar Kembang, Yogyakarta, dari Stasiun Tugu wisatawan dapat dengan mudah mengakses area wisata lainnya.
Menilik lagi ke belakang, sejarah pembangunan Stasiun Tugu berawal dari pembangunan kereta api di wilayah Vorstenlanden diawali oleh perusahaan milik swasta Nederland Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).
Pada awalnya, NISM membangun jalur kereta api yang menghubungkan Semarang hingga Yogyakarta melalui Surakarta. Pembangunan jalur di wilayah ini memiliki tujuan untuk memperlancar arus distribusi hasil perkebunan yang banyak terdapat di wilayah Vorstenlanden.
Baca Juga : Jelajah Kereta Api: Rekomendasi Tempat Santap Nasi Ayam Enak dekat Stasiun Semarang Tawang |
---|
Dikutip dari laman Cagar Budaya, Kemendikbud, jalur ini bermula di Stasiun Tanggung Semarang dan berakhir di Stasiun Lempuyangan. Stasiun Lempuyangan kemudian dibuka dan diresmikan pada tanggal 2 Maret 1882. Sebelum Stasiun Tugu berdiri, Stasiun Lempuyangan merupakan stasiun terbesar di Yogyakarta.
Perusahaan milik pemerintah kemudian mulai muncul di wilayah Vorstenlanden. Staats Spoorwegen kemudian membangun stasiun di sebelah barat Stasiun Lempuyangan.
Stasiun Tugu dibangun oleh SS dan mulai dibuka pada tahun 2 Mei 1887. Pemerintah kolonial menguasai segala jenis hal yang berhubungan dengan kereta api hingga Maret 1942. Setelah Jepang datang, kekuasaan terhadap kereta api beralih dari tangan Belanda ke Jepang. Jepang masih menguasai kereta api hingga bulan September 1945.
Republik Indonesia baru dapat menguasai kereta api pada 28 September 1945 setelah Angkatan Muda Kereta Api merebut kekuasaan perkeretaapian dari tangan Jepang. Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) kemudian dibentuk untuk mengurus segala hal mengenai kereta api di Indonesia. Stasiun Tugu otomatis sejak saat itu berada di bawah DKARI.
Stasiun ini menjadi tempat awal kedatangan rombongan presiden yang hijrah dari Jakarta ke Yogyakarta dengan kereta api pada 4 Januari 1946. Pemindahan kekuasaan ini terjadi lantaran kondisi Jakarta yang sudah tidak kondusif akibat kedatangan tentara Belanda yang membonceng tentara Netherlands-Indies Civil Administration (NICA).
Pemerintah kolonial Belanda memulai pembangunan jalur kereta api di Indonesia didasarkan atas pemikiran dan perhitungan yang matang antara biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang akan diterima dari usaha tersebut.
Biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda meliputi tanah yang harus dibeli untuk dipasang rel, biaya konstruksi rel ditambah dengan jembatan dan perangkat lainnya yang dibutuhkan sepanjang jalur rel, fasilitas stasiun, fasilitas pemeliharaan lokomotif, gerbong penumpang dan barang serta ditambah personil operasional yang harus tersedia sebelum kereta api dijalankan.
Pada tahun 1852 keluarlah peraturan yang menentukan bahwa pihak swasta dapat memasukkan permohonan untuk memperoleh konsesi. Pertama kali yang memperoleh konsesi adalah Poolman tahun 1863 untuk membangun jalur Semarang - Yogyakarta.
Bersamaan dengan ini, didirikanlah Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Konsesi yang diberikan kepada NISM dengan beberapa persyaratan yaitu pembangunan jaringan kereta api harus disesuaikan dengan pengarahan dari Menteri Urusan Jajahan, Fransen van de Putte yang menginginkan agar jalur rel Semarang-Solo-Yogyakarta dibangun di daerah dataran rendah untuk penghematan biaya.
Persyaratan lain adalah lebar kereta api supaya disesuaikan dengan standar Eropa yakni 1.435 mm. Pembangunan jalur itu berdasarkan Gouvernement Besluit No.9 tahun 1893 tanggal 20 April 1893 untuk pengajuan konsesi selama 50 tahun.
Tanggal 17 Juni 1864 adalah saat yang sangat bersejarah bagi dunia perkeretaapian di Indonesia. Waktu itu Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J. Baron Sloet van den Beele secara resmi melakukan pencangkulan tanah sebagai tanda dimulainya pembangunan rel kereta api di Desa Kemijen Semarang.
Pembangunan itu diawasi langsung oleh Ir. J.P de Bordes (pimpinan NISM). Pembangunan jalur kereta api sudah terpasang sepanjang 25 Km, yang membentang dari Semarang hingga ke Tanggung. Jalur tersebut melalui halte Alastuwo dan Brumbung. Sebagaimana harapan pihak ketiga di luar militer dan para pengelola perkebunan, jalur kereta api ini bakal dioperasikan.
Tiga tahun lebih, tepatnya tanggal 10 Agustus 1867, Jalur kereta api tersebut sudah bisa berfungsi dengan baik. Bahkan pada hari itu juga sebuah kereta api berhasil diluncurkan dari Semarang menuju Tanggung, itulah kereta api pertama di Indonesia.
Setelah jalur kereta api Semarang-Tanggung selesai, pembangunan terus dilanjutkan, meski terkendala oleh masalah pendanaan tetapi pada tanggal 10 Februari 1870 jalur kereta api ke Surakarta sudah berhasil diselesaikan. Bahkan dua tahun kemudian, tepatnya tanggal 10 Juni 1872 bentangan rel kereta api tersebut sudah mencapai Yogyakarta.
Stasiun pertama yang dibangun oleh perusahaan swasta NISM di Kota Yogyakarta adalah Stasiun Lempuyangan dan dibuka pada tanggal 2 Maret 1872. Tanggal 10 April 1869 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Staatspoorwegen atau lebih dikenal dengan nama singkatan (SS) yang membangun jalur lintasan Batavia-Bogor.
Kemudian tanggal 16 Mei April 1878, perusahaan ini membuka jalur Surabaya-Pasuruan-Malang, dan 20 Juli 1879 membuka jalur Bangil-Malang. Pembangunan terus berjalan hingga ke kota-kota besar seluruh Jawa terhubung oleh jalur kereta api.
Stasiun Tugu dibangun oleh perusahaan kereta api milik pemerintah yaitu Staatspoorwegen (SS). Stasiun Tugu pertama kali dioperasikan untuk umum tanggal 12 Mei 1887 yang melayani jalur Yogyakarta-Cilacap.
Jelajah Kereta Api terlaksana atas kerja sama Bisnis Indonesia dengan PT KAI (Persero). (K34)