Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Demi Jaga Kinerja, Relaksasi Produksi Pabrikan Diperlukan

Ekonom menyarankan Kementerian Perindustrian rutin berkomunikasi dengan aparat sehingga sektor-sektor yang perlu dijaga kinerjanya dapat bertahan dengan mengutamakan prokes.
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). /Antara Foto-Fakhri Hermansyah
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). /Antara Foto-Fakhri Hermansyah

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai pemerintah perlu cermat dalam menerapkan kebijakan pembatasan dalam masa PPKM saat ini khususnya pada sektor industri yang tengah menorehkan kinerja cemerlang. 

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Ina Primiana mengatakan sepanjang semester I/2021 manufaktur terbukti mampu mencatatkan kinerja yang luar biasa. Salah satunya tercermin dari Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur menyentuh rekor atau berada di level 55,3 pada Mei 2021.

"Dengan gambaran itu, harapannya bisa menjadi pertimbangan pemerintah khususnya yang sedang berproduksi untuk memenuhi ekspor jangan sampai karyawan dilarang bekerja kemudian malah terdampak," katanya dalam diskusi virtual, Selasa (27/7/2021).

Ina menyebut pada saat yang bersamaaan, industri memang harus berkomitmen menjalankan protokol kesehatan (prokes) di lingkungan kerja. Selain itu pemerintah juga bisa melakukan pengawasan dengan ketat.

Lebih spesifik, Ina juga menyarankan Kementerian Perindustrian rutin berkomunikasi dengan aparat sehingga sektor-sektor yang perlu dijaga kinerjanya dapat bertahan dengan mengutamakan prokes.

Alhasil, permintaan yang masih ada dapat mendorong pertumbuhan manufaktur di tengah himpitan gelombang baru Covid-19 tahun ini.

"Sektor yang masih akan tumbuh baik pastinya makanan minuman dan yang berkaitan dengan kimia serta farmasi," ujar Ina.

Sementara itu, Ina juga menilai kinerja industri manufaktur yang baik di masa pandemi, dapat terlihat juga dari kapasitas produksi terpakai industri pengolahan, dan seluruh subsektor di dalamnya yang mulai membaik sejak kuartal III/2020.

Ina turut menyoroti kinerja ekspor dan impor industri yang berada dalam tren positif. Surplus perdagangan Indonesia pada Januari-Mei 2021 mencapai US$7,49 miliar. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan Januari-Mei 2020 dan juga 2018–2019 di mana masih mencatat defisit. 

Terakhir, geliat dari investasi sektor industri justru meningkat di 2020 pada saat pandemi Covid-19 terjadi. Dari data yang diolahnya, Ina menunjukkan investasi di sektor manufaktur atau industri 2020 mencapai Rp272,9 triliun, lebih tinggi dari 2018 sebesar Rp222,3 triliun dan 2019 sebesar Rp215,9 triliun.

“Jadi perlu kita menjaga momentum ini. Karena tidak gampang, kalau tidak lagi pandemi, mungkin tidak terjadi kenaikan seperti ini, jadi harus dijaga,” kata Ina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper