Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha dan individu perlu bersiap dengan arah kebijakan pajak yang lebih ketat pada era presiden terpilih Prabowo Subianto.
Apalagi, target rasio pajak atau tax ratio tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka tidak main-main, yakni mencapai 12%. Untuk mencapai itu, Presiden Joko Widodo menyiapkan rancangan kebijakan, yang salah satu poinnya memburu pajak orang-orang kaya.
Selain soal target pajak era Prabowo, terdapat informasi komprehensif lainnya yang menjadi pilihan BisnisIndonesia.id pada Jumat (26/4/2024). Di antaranya adalah:
1. Taktik Prabowo Atur Pajak Kurangi Insentif
Prabowo-Gibran akan mulai menduduki pemerintahan pada Oktober 2024, setelah akhirnya melewati berbagai polemik dan gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK). Karena APBN 2025 dibahas dan disiapkan sejak saat ini, maka pada tahun pertama pemerintahannya, Prabowo akan menjalankan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2025 yang disiapkan Jokowi dan jajarannya.
RKP 2025 memuat berbagai arah kebijakan, termasuk soal pengelolaan fiskal. Berbagai janji kampanye Prabowo yang memerlukan anggaran jumbo seperti program makan siang gratis, tentu perlu diimbangi dengan penerimaan yang tinggi, termasuk dari pajak.
Dalam RKP 2025, pemerintahan Jokowi menetapkan bahwa target rasio penerimaan perpajakan adalah 10%—12% terhadap produk domestik bruto (PDB). Target itu naik dari realisasi tax ratio 2023 di angka 10,21%, yang turun dari tahun sebelumnya.
2. Kemelut di Balik Senyum AS-China
Kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken ke China tidak akan serta merta menghapus ketegangan hubungan kedua negara. Kendati sudah berkomitmen meredakan tensi, permasalahan perdagangan, teritorial, dan keamanan nasional masih menyita perhatian.
Blinken telah melaksanakan pertemuan dengan para pejabat China untuk membahas masalah perang, perdagangan, teknologi, hingga keamanan yang telah menguji hubungan kedua negara.
Pertemuan ini mungkin menjadi agenda penting seiring dengan pemilihan umum yang akan segera berlangsung di Amerika Serikat. Transisi pemerintahan yang baru harus menjamin perlindungan bisnis AS dan para pekerja.
3. Suku Bunga Acuan Meningkat, Emiten Properti Makin Tertekan?
Indeks saham-saham sektor properti masih menjadi salah satu indeks dengan kinerja terburuk tahun ini. Sayangnya, kabar kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia bakal makin memperparah tekanan di sektor ini. Lantas, masih adakah saham yang menarik di sektor ini?
Indeks saham sektor properti atau IDX Sector Properties & Real Estate (IDXPROP) terpantau menguat kemarin, Rabu (24/4/2024) sebesar 0,24% setelah Bank Indonesia mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,25%.
Namun, pada perdagangan hari ini, Kamis (25/4/2024), IDXPROP berbalik melemah sebesar -0,22%. Pelemahan ini sejalan dengan kinerja indeks komposit atau IHSG yang hari ini turun 0,27% ke level 7.155,29, setelah kemarin menguat 0,90% merespons keputusan BI.
4. Mencerna Anomali Kinerja Kredit Bank di Awal Tahun
Industri perbankan melaporkan kinerja pertumbuhan kredit yang tinggi pada kuartal pertama 2024, berbeda dibandingkan dengan tren di tahun-tahun sebelumnya yang cenderung lesu di awal tahun.
Bank Indonesia (BI) melaporkan penyaluran kredit perbankan pada Maret 2024 atau kuartal I/2024 tumbuh pesat 12,4% secara tahunan (year-on-year/YoY). Pertumbuhan kredit pada Maret 2024 lebih moncer dibanding bulan sebelumnya atau Februari 2024 yang telah tumbuh 11,28% YoY.
Pertumbuhan kredit bank pada awal 2024 juga lebih moncer dibandingkan awal tahun lalu. Tercatat, pertumbuhan kredit perbankan pada Maret 2023 mencapai 9,93% YoY.
5. Daftar Merek Mobil Lolos Perlambatan Pasar Kuartal Pertama 2024
Penjualan mobil pada kuartal pertama 2024 melambat 15% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 271.423 unit menjadi 230.776 unit. Meski demikian, beberapa mereka berhasil melaju cepat.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo menunjukkan realisasi pengiriman dari pabrikan ke dealer (wholesales) pada Januari-Maret atau kuartal I/2024 hanya 215.069 unit, turun 23,9% dari 282.601 unit secara year-on-year (YoY).
Adapun realisasi penyerahan dealer ke tangan konsumen alias penjualan secara ritel pada kuartal pertama 2024 hanya 230.778 unit, turun 15% dari 271.423 unit secara YoY.