Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral India (RBI) Pertimbangkan Luncurkan Mata Uang Digital

Mata uang virtual atau virtual currency (VC) seperti bitcoin telah mendapatkan popularitas di India dalam beberapa tahun terakhir.
Ilustrasi Mata Uang Kripto Bitcoin/Antara
Ilustrasi Mata Uang Kripto Bitcoin/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral India atau The Reserve Bank of India (RBI) sedang mempertimbangkan untuk mengenalkan secara bertahap mata uang digital mereka sendiri atau yang dikenal dengan Central Bank Digital Currency (CBDC). Bank sentral juga sedang memeriksa berbagai isu terkait termasuk teknologi inti dan metode penerbitan.

“CBDC kemungkinan akan menjadi gudang senjata setiap bank sentral ke depan. Menyiapkan ini akan membutuhkan kalibrasi yang cermat dan pendekatan yang bernuansa dalam implementasi,” kata Wakil Gubernur The Reserve Bank of India T. Rabi Shankar seperti yang dikutip dari Channel News Asia, Jumat (23/7/2021).

"Seperti yang dikatakan, setiap ide harus menunggu waktunya. Mungkin waktu untuk CBDC sudah dekat," imbuh Shankar dalam pidato yang disampaikannya.

Menurut survei oleh Bank for International Settlements di 2021, 86 persen bank sentral secara aktif meneliti potensi CBDC, 60 persen bereksperimen dengan teknologinya, dan 14 persen meluncurkan proyek percontohan.

China memimpin dalam isu tersebut dan telah memulai uji coba mata uang digital di beberapa kota, sementara Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) dan Bank of England sedang dalam proses untuk peluncuran di masa depan.

Adapun, RBI telah mengerjakan gagasan CBDC selama bertahun-tahun. Mata uang virtual atau virtual currency (VC) seperti bitcoin telah mendapatkan popularitas di India dalam beberapa tahun terakhir.

Perkiraan tidak resmi menunjukkan Negeri Hindustan memiliki sekitar 15 juta investor yang memegang lebih dari 100 miliar rupee, atau setara dengan US$1,34 miliar dalam aset kripto.

RBI telah berulang kali menyuarakan keprihatinannya atas penyebaran dan penggunaan cryptocurrency yang berusaha dilarang pada April 2018. RBI harus mencabut larangan pada Maret 2020 ketika pengadilan tinggi negara itu mengatakan langkah itu tidak konstitusional.

“CBDC diinginkan tidak hanya untuk manfaat yang mereka ciptakan dalam sistem pembayaran, tetapi juga dapat diperlukan untuk melindungi masyarakat umum di lingkungan VC swasta yang bergejolak,” kata Shankar sehubungan dengan kebutuhan CBDC untuk negara berkembang.

Kepala ekonom Bank of Baroda Sameer Narang mengatakan investor masih akan melihat ke mata uang digital swasta, yang telah terapresiasi nilainya meskipun jatuh baru-baru ini.

“Beberapa pengguna mungkin ingin menggunakan mata uang digital pribadi sebagai penyimpan nilai dan tidak hanya untuk pembayaran,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Editor : Hafiyyan
Sumber : ChannelNewsAsia.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper