Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Operasional Manufaktur Terbatas saat PPKM, Ekonom: RI Bakal Kehilangan Order

Saat produksi turun, potensi untuk memanfaatkan momen naiknya permintaan global juga berkurang.
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan pelaku usaha untuk menambah kapasitas maksimal operasional industri manufaktur dari 50 persen menjadi 100 persen saat PPKM dinilai karena produksi nasional yang masih bertumpu kepada tenaga kerja.

“Hal ini menunjukkan industri kita belum terautomasi, banyak yang mengandalkan tenaga kerja untuk proses produksi. Jika dibatasi 50 persen, maka tentu output yang dihasilkan bisa terkendala,” kata Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef mengatakan Andry Satrio, Rabu (21/7/2021).

Andry mengatakan situasi ini menjadi tantangan nyata bagi industri manufaktur yang sejatinya juga tidak bisa berproduksi optimal ketika kapasitas dibatasi 75 persen ketika PPKM mikro. Saat produksi turun, Andry mengatakan potensi untuk memanfaatkan momen naiknya permintaan global juga berkurang.

“Memang permintaan global sedang meningkat. Ada peningkatan kasus, tetapi tidak besar. Tren pemulihan ekonomi global juga meningkat. Jadi dengan fenomena ini permintaan global terhadap produk indonesia juga meningkat. Saya rasa dengan pembatasan industri, yang berbasis ekspor tidak bisa mengambil kesempatan ini. Saya lihat pelaku usaha bisa kehilangan momen pemulihan ekonomi,” katanya.

Dalam situasi terburuk, Andry juga mengatakan Indonesia berisiko kehilangan order dari importir karena tidak bisa memenuhi permintaan. Para konsumen di luar negeri akan mengalihkan permintaan ke produsen lain dengan komitmen pasokan yang lebih terjaga.

“Negara produsen lain di Asia juga menghadapi lonjakan kasus, tetapi memang lebih terkendali. Mereka akan mengambil kesempatan ini,” katanya.

Sebelumnya, pelaku usaha di dalam negeri berharap pemerintah dapat memberi izin operasional penuh terhadap industri manufaktur yang bersifat kritikal, esensial, atau berorientasi ekspor, seiring dengan berlanjutnya kebijakan PPKM.

Pengusaha berkomitmen untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan memastikan vaksinasi pekerja dilaksanakan dengan cepat untuk menjamin keamanan. 

“Saat ini kami telah menjalankan semua ketentuan pemerintah. [Karena itu] Kami mengajukan bagaimana pentingnya melihat bagaimana ekonomi tetap berjalan, terutama manufaktur yang sifatnya sektor kritikal, esensial dan berorientasi ekspor. Jangan sampai pasar kita diambil negara lain jika kita tidak bisa memenuhi permintaan. Kami merekomendasikan sektor-sektor ini untuk bisa beroperasi 100 persen,” kata Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid dalam konferensi pers virtual, Rabu (21/7/2021).

Arsjad memastikan operasional akan diiringi dengan protokol kesehatan yang dilaksanakan dengan ketat. Selain itu, percepatan program vaksinasi terhadap semua pekerja dia sebut menjadi salah satu fokus pelaku usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper