Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri dalam negeri meminta pemerintah memastikan semua aktivitas dalam rantai nilai (supply chain) manufaktur bisa dijamin operasionalnya demi menghindari terganggunya produksi.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronika (Gabel) Oki Widjaja mengatakan produsen elektronik di dalam negeri yang berorientasi ekspor dibayangi gangguan pasokan bahan baku dari industri komponen yang tidak masuk dalam kategori industri esensial maupun kritikal.
“Yang orientasi ekspor terdampak karena dalam supply chain di dalam negeri ada yang tidak masuk sektor esensial. Misalnya di industri komponen seperti baut, padahal tanpa produk itu kami tidak bisa finalisasi produk,” kata Oki, Rabu (21/7/2021).
Kementerian Perindustrian melaporkan ekspor komputer, barang elektronik, dan optik mencapai US$633,9 juta dalam kurun Januari sampai Mei 2021. Sementara ekspor mesin atau peralatan elektrik pada periode yang sama mencapai US$4,54 miliar atau naik 35,37 persen secara tahunan.
Oki mengatakan performa industri elektronik berorientasi ekspor cenderung lebih baik dibandingkan dengan yang berorientasi pasar domestik.
“Orientasi domestik terpuruk, kami kehilangan 50 persen pasar karena karena kami bukan sektor esensial. Karena itu jika usul operasional bagi esensial 100 persen diterima, kami ingin pemerintah memastikan supply chain diperiksa,” kata Oki.
Baca Juga
Kondisi kontras terjadi pada industri makanan dan minuman yang tetap beroperasi 100 persen karena masuk kategori kritikal.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan aktivitas ekspor berjalan lancar dan kendala masih berputar pada ketersediaan kapal dan kontainer.
“Ekspor terus dilayani dan pertumbuhan cukup baik. Kami tidak ada hambatan, hanya saja kendala di logistik. Pertumbuhan mungkin bisa lebih baik jika masalah kontainer bisa selesai,” kata Adhi.
Ekspor makanan olahan Indonesia periode Januari sampai Mei 2021 tercatat mencapai US$1,88 miliar atau naik 15,82 persen secara tahunan.
Pertumbuhan tertinggi dialami oleh produk olahan cokelat yang mencapai 61,34 persen secara tahunan, produk olahan makanan dari tepung naik 54,49 persen, dan jus nanas naik 70,17 persen dari US$11,6 juta menjadi US$19,79 juta.