Bisnis.com, JAKARTA - Shipper Indonesia menilai sektor logistik merupakan sektor pendukung yang vital bagi hampir semua sektor industri dan perdagangan, khususnya pelaku UMKM.
Menurut Co-Founder & COO Shipper Indonesia Budi Handoko, percepatan atau perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh tingkat efisiensi sektor logistik.
Sementara lanjutnya, biaya logistik (logistic cost) di Indonesia masih berada di angka 24 persen dari PDB atau tertinggi di ASEAN sehingga akan menghambat daya saing UMKM di pasar domestik dan internasional.
"Jika efisiensi dapat menekan biaya logistik bagi jutaan UMKM, maka pertumbuhan ekonomi nasional akan lebih optimal," kata Budi dalam diskusi daring Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2021: Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus, Relaksasi, dan Vaksinasi, Rabu (7/7/2021).
Oleh karenanya, dia menyebut Shipper memiliki visi untuk menurunkan biaya logistik dan meningkatkan efisiensi sehingga target pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tercapai lebih mudah dan cepat.
Terkait hal ini, dia mengaku Shipper fokus pada sektor logistik dan pergudangan yang mencakup layanan end-to-end mulai dari first mile, warehouse & fulfillment, last mile delivery & export, serta reverse logistics.
Baca Juga
Bukan itu saja, Shipper juga menggunakan teknologi Application Programming Interface (API), sebuah interface yang dapat menghubungkan aplikasi satu dengan aplikasi lainnya.
"Tenologi yang kita gunakan yang paling penting adalah API, suatu teknologi untuk menghubungkan suatu teknologi dari perusahaan A ke perusahaan B. Di sini kita bisa melihat bahwa kita memantau para UMKM yang membuat website yang disambungkan ke API kita dan kita sambung ke perusahaan logistik lainnya. Begitu mereka bikin order untuk pengiriman, ordernya itu akan diterima di sistem kita dan kita langsung menjemput dari pihak customer dan kita kirim ke pihak 3PL [perusahaan pihak ke-3 yang menyediakan layanan logistik]," jelasnya.
Budi menjelaskan, alasan sistem UMKM tersebut terintegrasi dengan sistem Shipper adalah agar mudah terhubung ke berbagai macam pilihan logistik. Mereka tidak perlu lagi terintegrasi satu per satu dengan banyak pemain logistik lain.
"Dengan sistem API Shipper, para pemain UMKM ini otomatis tidak usah terintegrasi dengan banyak pemain logistik lain. Cuma satu saja dan itu sudah bisa mendapatkan banyak perusahaan logistik. Dengan begitu kita bisa menghemat banyak waktu," ujarnya.
Lebih lanjut dia menuturkan, selain menyediakan sistem terintegrasi, Shipper juga menyediakan pergudangan yang saat ini sudah tersebar di 35 kota dengan total mecapai 201 gudang (435.720 m2).
Untuk pergudangan ini, sambungnya, Shipper juga melakukan digitalisasi yang akan mempercepat kemajuan e-commerce dan inovasi logistik di Indonesia. Salah satu langkah yang sudah dilakukan adalah membangun suatu aplikasi gudang pintar melalui gelaran ShipperHack.
"Bukan itu saja, kita juga berkolaborasi dengan berbagai mitra salah satunya Bangga Buatan Indonesia. Baru-baru ini kita juga bekerja sama dengan MRT dan SiCepat. Kita juga didukung secara resmi oleh Facebook untuk menjadi integrator logistiknya," pungkas Budi.