Bisnis.com, JAKARTA — PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) meyakini membenahi struktur logistik adalah cara bertahan yang efektif bagi sebuah negara.
Vice President of Marketing PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Eri Palgunadi mengatakan, sebagai perusahaan logistik mereka telah mengalami tiga kali masa krisis, yaitu pada 1998, 2008, dan 2020 yang justru memperkuat struktur logistik dari perusahaan.
Dia menceritakan, pada krisis 1998 perusahaan melakukan antisipasi dengan sistem keagenan. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dan selaras dengan perusahaan yang membutuhkan banyak jaringan untuk menjangkau berbagai pelosok wilayah di Indonesia.
Selanjutnya, pada krisis 2008 mereka melihat industri logistik bergerak menuju digitalisasi sehingga perusahaan memetakan kluster dan membangun sebuah jaringan. Khususnya, pada melalui tiga pilar utama yaitu platform dagang elektronik (e-commerce), gerbang pembayaran digital, dan logistik.
“Pada akhirnya logistik mengacu pada tiga hal utama, yaitu bagaimana mengambil barang dengan baik, melakukan transportasi barang, dan proses pengiriman hingga ke end-user,” ujarnya dalam Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook, Rabu (7/7/2021).
Lebih lanjut, dia mengatakan hingga saat ini untuk wilayah di Indonesia barat proses logistik masih terhubung dengan baik. Namun, untuk wilayah timur perusahaan masih menemui sejumlah tantangan.
Namun, Eri mengatakan meskipun sulit alur logistik di wilayah Timur cukup sulit, tetapi perusahaan memiliki ragam strategi. Misalnya, mereka mengatasi biaya pengiriman kepada end-user dari UMKM dengan metode subsidi biaya agar pedagang di wilayah timur tetap memiliki daya saing dan tetap memiliki distribusi ke wilayah barat.
Eri pun mengatakan hingga saat ini terjadi peningkatan pengiriman per tahun hingga mencapai 40 persen yang dialami oleh perusahaan.
“Kondisi JNE saat ini ada peningakatan kiriman per tahun 30–40 persen. Kemudian, per hari ini kami telah memiliki lebih dari 7000 jaringan, dan lebih dari 50.000 pekerja dengan lebih dari 11.000 armada,” ujar Eri.