Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan akan terus memantau dampak dari tapering off yang dilakukan the Fed, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) terhadap pembiayaan utang pemerintah.
Tapering off atau penarikan stimulus the Fed diperkirakan terjadi pada kuartal pertama 2022. Dikhawatirkan, arus modal asing akan keluar dari emerging market, termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, suku bunga surat berharga negara (SBN) diperkirakan mengalami peningkatan dikarenakan harus bersaing untuk memikat investor asing.
“Potensi tapering off oleh Pemerintah AS yang dapat memicu kenaikan yield US treasury tetap dalam pemantauan pemerintah sehingga pemerintah dapat mengantisipasi dengan membuat strategi serta mitigasi risiko pembiayaan utang,” tulis Kemenkeu dalam laporan APBN Kita Edisi Juni 2021 yang dikutip Bisnis, Senin (28/6/2021).
Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan imbal hasil SBN tenor 10 tahun berpotensi meningkat hingga 10 persen sebagai dampak dari tapering off the Fed.
“Bunga untuk SBN tenor 10 tahun diperkirakan naik hingga 10 persen pada saat tapering off dilakukan. Konsekuensinya maka beban pembayaran kewajiban bunga utang naik signifikan,” katanya.
Menurut Bhima, kondisi ini juga akan menjadi beban bagi pemerintah dalam menurunkan target angka defisit menjadi 3 persen pada 2023.
“Debt to service ratio terhadap penerimaan negara di 2020 sudah menyentuh 54,5 persen, naik cukup tajam dibanding 2015 25,5 persen. Kondisi ini jadi beban bagi penurunan target defisit anggaran,” jelasnya.