Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Perbarui Perkiraan Inflasi AS, Bakal Turun Sesuai Target 2 Persen

Sinyal Fed tentang kewaspadaan inflasi berdampak langsung pada pasar keuangan, menaikkan suku bunga jangka pendek dan meratakan imbal hasil jangka panjang, mempersempit selisih antara imbal hasil Treasury 5 tahun dan 30 tahun.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (13/8/2019). Bloomberg/Andrew Harrer
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (13/8/2019). Bloomberg/Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Angka inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) yang ditunjukkan oleh indeks harga konsumen naik 5 persen pada Mei dari tahun sebelumnya. Angka itu jauh melampaui target inflasi Federal Reserve sebesar 2 persen.

Gubernur Fed Jerome Powell mengatakan inflasi telah meningkat tetapi lajunya harus kembali ke target 2 persen setelah ketidakseimbangan pasokan teratasi.

"Inflasi telah meningkat terutama dalam beberapa bulan terakhir. Ketika efek pasokan sementara ini mereda, inflasi diperkirakan akan turun kembali ke tujuan jangka panjang kami," kata Powell dalam sambutan tertulis untuk kesaksiannya di hadapan Subkomite Pemilihan DPR tentang krisis virus Corona, dilansir Bloomberg, Selasa (22/6/2021).

Pernyataan Powell mengulangi komentar pembukaannya pada konferensi pers 16 Juni, setelah pertemuan kebijakan bank sentral. Pidato Powell di DPR akan menjadi perhatian investor karena terkait pandangannya tentang laju pemulihan ekonomi dan berapa lama lagi bank sentral harus mempertahankan kebijakan moneternya pada pijakan darurat.

Pada pekan lalu, pejabat Fed mengejutkan pasar keuangan ketika memperkirakan kenaikan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan dan memulai diskusi tentang pengurangan pembelian obligasi bulanan senilai US$120 miliar saat ini.

Proyeksi triwulanan menunjukkan 13 dari 18 pejabat memperkirakan setidaknya satu kenaikan suku bunga hingga akhir 2023. Sedangkan 11 pejabat menilai setidaknya akan ada dua kenaikan suku bunga pada akhir tahun itu.

Selain itu, tujuh dari mereka melihat pergerakan pada awal 2022. Proyeksi juga menunjukkan bahwa risiko dan ketidakpastian tentang perkiraan inflasi bergerak lebih tinggi.

Sinyal Fed tentang kewaspadaan inflasi berdampak langsung pada pasar keuangan, menaikkan suku bunga jangka pendek dan meratakan imbal hasil jangka panjang, mempersempit selisih antara imbal hasil Treasury 5 tahun dan 30 tahun.

Sementara itu, Powell terus terdengar optimistis tentang prospek pasar tenaga kerja dalam kesaksian kongresnya.

"Pendapatan pekerjaan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang karena vaksinasi meningkat, mengurangi beberapa faktor terkait pandemi yang saat ini membebani mereka,” katanya.

Beberapa pejabat Fed memperkirakan bahwa bank sentral mungkin perlu memperketat kebijakan lebih cepat dari yang diharapkan, dan publikasi kesaksian Powell mengikuti pernyataan dari rekan-rekannya di kedua sisi perdebatan itu.

John Williams, presiden Fed New York, mengatakan dia memperkirakan kemacetan dan ketidakseimbangan yang dihasilkan oleh pemulihan yang kuat akan mereda, membawa inflasi turun menjadi sekitar 2 persen tahun depan dan pada 2023.

"Itu akan terjadi tanpa perlu mengatakan bahwa ada banyak ketidakpastian tentang prospek inflasi dan saya akan mengamati data dengan cermat," kata Williams kepada Midsize Bank Coalition of America.

Adapun, Presiden Fed Dallas Robert Kaplan mengatakan dia cenderung lebih setuju untuk mempercepat pengurangan program pembelian obligasi.

Sementara itu, Presiden Fed St. Louis James Bullard menyebutkan bahwa pernyataan pembuat kebijakan tentang dimulainya diskusi pengurangan pembelian obligasi, sudah tepat. Baik Bullard maupun Kaplan tidak memberikan suara pada Komite Pasar Terbuka Federal tahun ini.

Para gubernur bank sentral AS memperkirakan bahwa indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi akan naik 3,4 persen tahun ini dan kemudian melambat menjadi 2,1 persen dan 2,2 persen selama dua tahun ke depan, menurut perkiraan median.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper