Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi Jepang naik tipis ke teritori positif untuk pertama kalinya dalam 14 bulan karena kenaikan biaya komoditas mendorong harga bensin yang lebih tinggi.
Harga konsumen tidak termasuk makanan segar naik 0,1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terangkat oleh lonjakan harga gas 20 persen, menurut data kementerian dalam negeri yang dirils Jumat (18/6/2021). Para ekonom telah memperkirakan harga-harga akan flat secara keseluruhan.
Sementara kenaikan inflasi terkecil sekalipun kemungkinan akan dilihat secara positif oleh Bank of Japan, namun momentum harga masih jauh lebih lemah daripada di AS dan negara-negara lain di mana bank sentral mulai memproyeksikan kemungkinan kenaikan suku bunga.
BOJ memperkirakan inflasi tetap di bawah target 2 persen di masa mendatang, yang berarti stimulus utamanya mungkin akan tetap berlaku untuk tahun-tahun mendatang.
"Di masa lalu, bahkan ketika inflasi dikatakan 2 persen di negara lain, tekanan deflasi tetap ada di Jepang dan tren itu mungkin berlanjut," kata ekonom Takeshi Minami dari Norinchukin Research Institute. “Konsumen Jepang berhenti membeli ketika harga naik.”
Pelemahan harga Jepang telah diperburuk oleh beberapa faktor khusus, termasuk pemotongan biaya ponsel yang dianjurkan oleh Perdana Menteri Yoshihide Suga. Angka ini belum termasuk dampak dari rencana telepon seluler yang lebih murah. Jika itu terjadi, indeks harga konsumen mungkin naik 0,5 persen atau 0,6 persen, kata Minami.
Baca Juga
Ekonom Bloomberg Yuki Masujima memperkirakan inflasi inti akan kembali pada level 0 persen secara tahunan pada Juni. "Dengan asumsi keadaan darurat berakhir 20 Juni sesuai jadwal. Di luar itu, kenaikan permintaan dan harga energi yang tinggi akan mengerek inflasi inti menjadi 0,3 persen pada kuartal ketiga," ujarnya.