Bisnis.com, JAKARTA — PT Hutama Karya (Persero) akan menyasar proyek bukan jalan tol Trans-Sumatra (JTTS) pada 2022 untuk mengejar target nilai kontrak baru. Sebagian proyek yang akan diincar perseroan tahun depan merupakan proyek berskema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).
Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo mengatakan pihaknya akan membidik beberapa proyek di luar spesialisasi perseroan, padahal Hutama Karya telah ditunjuk pemerintah sebagai perusahaan karya spesialis konstruksi jalan dan bangunan terkait.
"Hutama Karya [akan] membidik beberapa proyek strategis sesuai portofolio perusahaan seperti pembangunan bandara, bendungan, PLTU [pembangkit listrik tenaga uap], pembangunan gedung dan beberapa proyek KPBU lainnya," katanya kepada Bisnis, Kamis (10/6/2021).
Selain itu, ujar Tjahjo, konstruksi JTTS masih akan menjadi salah satu fokus utama perseroan tahun depan. Hutama Karya akan menerapkan strategi tersebut mengingat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tidak memprogramkan konstruksi jalan tol baru pada tahun depan.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian mencatat kegiatan baru yang akan dilakukan pihaknya hanya seputar pemeliharaan rutin jalan dan jembatan dan penggantian jembatan.
Kegiatan tersebut termasuk dalam program kegiatan wajib tidak terikat senilai Rp19,28 triliun atau 51,68 persen dari total pagu indikatif Ditjen Bina Marga.
"Kegiatan wajib terdiri dari preservasi jalan dan jembatan senilai Rp16,1 triliun, dukungan [pembebasan] lahan tol [senilai] Rp2 triliun, cadangan untuk penanganan bencana Rp0,36 triliun, [konstruksi] jembatan gantung [senilai] Rp0,4 triliun, dan dukungan turbinwas [peraturan, pembinaan, dan pengawasan] Rp0,42 triliun," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR, Rabu (9/6/2021).