Bisnis.com, JAKARTA - Upaya pemerintah menjamin ketersediaan di sepanjang 2021 dinilai belum memberikan kepastian bagi dunia usaha untuk dapat pulih sesuai dengan harapan. Percepatan pengembangan Vaksin Merah Putih pun tak bisa dijadikan tumpuan karena belum adanya kepastian kapan akan diproduksi.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) sekaligus Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi menilai belum adanya kepastian dari segi ketersediaan vaksin Covid-19 akan mendorong pelaku usaha untuk tetap wait and see meskipun angka PMI Indonesia sudah beberapa bulan berada di level ekspansi.
"Pelaku usaha dinilai akan tetap wait and see kendati dari segi PMI sudah berada di level ekspansif. Namun, secara umum willingness to spent masyarakat masih rendah. Sebab, memang harus ada bukti dulu dari ketersediaan vaksin," ujar Fithra, Kamis (27/5/2021).
Namun demikian, dalam kondisi saat ini dunia usaha Tanah Air dinilai tidak dapat hanya menanti rampungnya Vaksin Merah Putih meskipun dalam pengembangannya dikatakan telah dilakukan upaya percepatan produksi. Ketersediaan vaksin, ujarnya, perlu digenjot sebagai salah satu cara memitigasi potensi kegagalan pemulihan ekonomi.
Dengan demikian, kata Fithra, ke depannya program vaksinasi akan memberikan efek positif terhadap dunia usaha yang sedang berada dalam masa pemulihan. Terutama, seiring adanya membaiknya tingkat konsumsi masyarakat.
Hal itu tercermin dari hasil survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) yang mengindikasikan peningkatan kinerja secara bulanan pada Maret 2021. Tren penjualan eceran juga diperkirakan kembali membaik pada April 2021.
Baca Juga
Menurut data BI, indeks penjualan riil pada Maret 2021 tumbuh 6,1 persen secara bulanan. Meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar -2,7 persen. Peningkatan tersebut pada seluruh subkelompok sandang, barang buadaya dan rekreasi, dan bahan bakar kendaraan bermotor.
Terkait dengan penyediaan vaksin, PT Bio Farma (Persero) berencana merilis 125 juta dosis vaksin sampai dengan Oktober 2021. Sejauh ini, total vaksin yang telah diproduksi oleh perseroan sebanyak 48.793.100 dosis.
Saat ini, perseroan telah menerima 65.500.000 juta bahan baku vaksin yang akan diproduksi untuk pelaksanaan program vaksinasi pemerintah dengan kapasitas produksi per tahun sebanyak 267.600.000. Jumlah tersebut bertambah dari sebelumnya, yakni 250 juta dosis per tahun.
Perusahaan juga sedang mencoba mendapatkan tambahan baku dari Sinovac. Adapun, target bahan baku tambahan yang sedang diupayakan oleh Bio Farma sebanyak 120 juta dosis.
Dari total bahan baku di Bio Farma, sebanyak 48,7 juta di antaranya sudah dalam proses produksi. Sebanyak 32,9 juta dosis telah dirilis, sedangkan 15,8 juta dosis sisanya masih dalam proses karantina. Sejauh ini, Bio Farma telah mendistribusikan 29,9 juta dosis vaksin yang digunakan untuk program vaksinasi pemerintah.
Jumlah tersebut ditambah dengan distribusi 3 juta dosis vaksin jadi dari Sinovac untuk tenaga kesehatan serta 4,2 juta vaksin Astrazeneca melalui COVAX/GAVI. Dengan demikian, total vaksin Covid-19 yang sudah didistribusikan oleh Bio Farma adalah 37 juta dosis.
Selain itu, perseroan juga sudah mengunci binding agreement dengan Astrazeneca serta kontrak pembelian dengan Novavax. Kendati demikian, belum ada pengiriman vaksin dari kedua produsen dan diperkirakan baru terealisasi pada Juni 2021.