Bisnis.com, JAKARTA — Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menyambut gembira keputusan platform e-commerce Shopee yang menutup penjualan 13 produk crossborder menyusul keputusan pemerintah melarang 13 produk crossborder atau lintas negara untuk masuk ke Indonesia.
Adapun 13 produk crossborder yang dilarang antara lain, hijab, atasan muslim wanita, bawahan muslim wanita, dress muslim, atasan muslim pria, bawahan muslim pria, outwear muslim, mukena, pakaian muslim anak, aksesoris muslim, peralatan sholat, batik, dan kebaya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman mengatakan hal itu sesuai dengan masukan asosiasi pada Kementerian Koperasi dan UMKM. Dia menyebut pemerintah juga telah memberikan program gratis ongkos kirim sehingga bisa jadi langkah Shopee sebagai bentuk negosiasi yang disepakati.
"Kami tepuk tangan, soalnya memang produk yang ditutup Shopee menjadi saingan berat produk IKM selama ini. Sementara IKM merupakan ujung tombak dari industri TPT yang penting untuk dijaga," katanya kepada Bisnis, Rabu (19/5/2021).
Rizal mengemukakan kendati Shopee mengklaim produk impor yang dijual hanya 3 persen tetapi kondisi produk impor yang tidak bisa didata ini menjadikan ancaman besar industri lokal. Pasalnya, secara harga produk impor jauh memberikan harga yang rendah bahkan setara dengan harga bahan baku lokal saja untuk sampai di konsumen.
Rizal menggambarkan saat ini ekspor garmen nasional berkisar US$8 miliar sedangkan Bangladesh US$40 miliar. Alhasil, jika 5 persen saja masuk ke Indonesia maka sudah membanjiri di dalam negeri.
"Artinya tidak bisa dihitung secara share presentase saja bisa jadi 3 persen di Shopee tetapi nilai dan kuantitinya besar. Impor ini barang yang nyata tetapi gelap, cek saja tiap harga dan label pasti tidak logis dari mana jilbab bisa di jual di bawah Rp10.000 sedangkan bahan bakunya saja bisa lebih dari itu," ujar Rizal.
Bagi industri TPT, keputusan Shopee juga menjadi win-win solution ketika safeguard garmen yang telah diusulkan dan disepakati sejumlah pihak belum segera dirilis. Pastinya, Rizal menyebut telah kembali memaparkan pentingnya safeguard ini segera dirilis pada Menteri Perdagangan ketika Halal Bi Halal belum lama ini.
"Semoga ketika dirilis bisa sesuai yang kami harapkan dan usulkan dengan skema spesifik harga untuk setiap HS," ujar Rizal.
Sisi lain, Rizal menyebut Ramadan dan Lebaran kemarin disimpulkan secara umum sebagai kondisi yang sepi. Menurutnya, banyak IKM di Bandung Raya yang masih menjerit. Alhasil, kuartal II/2021 diproyeksi belum akan jauh menarik pertumbuhan.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga menilai industri tekstil dan pakaian jadi mengalami kontraksi pertumbuhan paling dalam atau minus 13,28 persen karena permintaan domestik dan ekspor yang masih belum membaik. Seiring dengan hal itu, kenaikan harga minya cukup membuat harga bahan baku anjlok dan produksi menurun.
"Kami tetap optimis dengan mengupayakan segala usaha dalam pemulihan ini tetapi masih sulit sepertinya dari melaju positif kuartal ini dari minus 13,28. Saat ini pabrik juga belum dibuka lagi karena order sepi sehingga lebih memperpanjang masa libur," katanya.
Rizal pun berharap ke depan kasus konfirmasi positif Covid-19 ke depan tidak terjadi lonjakan agar hal-hal yang tidak diinginkan seperti lockdown secara nasional seperti di negara lain saat ini kembali terjadi. Menurutnya, jika hal itu terjadi maka akan memperparah kondisi saat ini.