Bisnis.com, JAKARTA – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Byarwati menyoroti Indonesia yang masih resesi.
Menurutnya, produk domestik bruto pada kuartal I/2021 yang minus 0,74 persen dan ketidakpastian global membuat tantangan masih berlanjut.
“Efektivitas kebijakan pemerintah mempercepat pemulihan ekonomi masih jauh dari harapan. Penanganan pandemi masih belum konsisten sehingga ketinggalan dari negara negara lain yang sudah tumbuh positif,” katanya melalui pesan instan kepada wartawan, Minggu (9/5/2021).
Anis menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang masih minus merupakan bukti penanganan pandemi oleh pemerintah belum serius dan efektif.
“Jika pemerintah tidak memperbaiki kinerjanya dalam penanganan pandemi Covid-19, maka kuartal II/2021 kembali akan mengalami pertumbuhan negatif dan terjebak resesi,” jelasnya.
Di sisi lain, terang Anis, pemerintah belum cukup efektif dalam mendorong pertumbuhan di industri yang berkontribusi besar bagi ekonomi. Hanya pertanian yang tumbuh positif.
Baca Juga
Hal ini juga berlaku pada sisi pengeluaran. Komponen terbesar dalam PDB seperti konsumsi rumah tangga dan investasi masih mengalami kontraksi.
Menurut Anis, kebijakan pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang sebagian besar digunakan untuk mendorong konsumsi dan daya beli masyarakat masih perlu ditingkatkan efektivitasnya.
Oleh karena itu, tantangan pada kuartal II/2021 jauh lebih besar. Kebijakan pelarangan mudik tanpa ada alternatif untuk mendorong daya beli dan konsumsi masyarakat pun akan membuat perekonomian nasional masih tertekan.
“Pemerintah jangan terlalu ambisius dengan target pertumbuhan mencapai 7 persen tetapi tetap realistis dengan pergerakan ekonomi yang masih dipenuhi ketidakpastian,” ucapnya.