Bisnis.com, JAKARTA – Naiknya tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan jelang Ramadan menjadi sinyal positif naiknya konsumsi masyarakat. Tetapi, kondisi ini juga menimbulkan kekhawatiran risiko kasus Covid-19 yang bertambah jika konsentrasi kerumunan tidak terkendali.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menyebutkan konsumsi rumah tangga senantiasa memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi mengingat kontribusinya yang besar. Karena itu, dia mengatakan posisi penurunan konsumsi sebesar 2,23 persen pada kuartal I/2021 yang menjadi penyumbang utama kontraksi ekonomi 0,74 persen sebagai sesuatu yang lumrah.
Peran konsumsi rumah tangga pada kuartal II/2021 pun tak kalah penting. Momen Ramadan dan Lebaran menjadi kesempatan menggenjot pertumbuhan ekonomi lewat naiknya konsumsi. Hanya saja, lanjut Rendy, target pertumbuhan 7 persen masih sulit dikejar karena tren konsumsi yang belum sepenuhnya pulih seperti sebelum pandemi.
“Untuk kuartal kedua tumbuh 7 persen masih cukup sulit, ditambah ada dilema mendorong konsumsi tanpa menambah kasus Covid-19,” kata dia, Rabu (5/5/2021).
Rendy menilai upaya pemerintah untuk menjaga geliat konsumsi tanpa mengorbankan aspek kesehatan telah diupayakan. Salah satunya dengan mendorong belanja masyarakat secara daring demi menghindari kerumunan di pusat perbelanjaan. Hanya saja, langkah ini masih diadang oleh rendahnya porsi belanja daring dari total belanja masyarakat.
“Dilemanya kita tentu paham proporsi belanja online relatif kecil dibandingkan dengan belanja langsung. Ada kelompok masyarakat yang belum terbiasa dan ada pengalaman-pengalaman belanja offline yang tidak tergantikan. Misalnya bagaimana melihat barang tersebut dan mencobanya,” papar Rendy.