Bisnis.com, JAKARTA - PT Waskita Karya (Persero) Tbk. menyatakan pasar konstruksi bendungan di dalam negeri masih besar. Olah karena itu, pemilihan perseroan sebagai spesialis konstruksi bendungan dinilai akan menguntungkan.
Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan pihaknya telah menyelesaikan kosntruksi 14 bendungan dan 7 bendung. Selain itu, lanjutnya, perseroan sedang membangun sembilan bendungan baru.
"Artinya, secara skill kami punya pengalaman yang cukup. Olah karena itu, [Kementerian BUMN] menetpkan spesialisasi [perseroan] di [infrastruktur] air dan bendungan," katanya di Jakarta, Jumat (7/5/2021).
Adapun, sembilan bendungan yang dikerjakan Waskita adalah Bendungan Margatiga, Bendungan Leuwikeris, Bendungan Rukoh, Bendungan Way Sekampung, Bendungan Karian, Bendungan Bener, Bendungan Jlantah, Bendungan Temef, dan Bendungan Tiga Dihaji. Sementara itu, pemerintah menyatakan pembangunan bendungan sepanjang 2021 mencapai 44 unit dengan rincian 43 bendungan on-going dan 1 bendungan baru.
Dengan kata lain, market share Waskita Karya dalam pasar konstruksi bendungan hanya mencapai 20,45 persen. Di samping itu, Destiawan mengatakan pasar bendungan di dalam negeri masih besar karena tiga hal.
Pertama, visi pemerintah terkait bendungan. Destiawan berpendapat pemerintah memiliki komitmen yang tinggi terkait konstruksi bendungan. Seperti diketahui, pemerintah menargetkan untuk menambah 75 bendungan hingga 2024.
Baca Juga
Pada 2020, pemerintah telah menambah 18 bendungan, sedangkan pada tahun ini target penambahan bendungan mencapai 13 bendungan. Dari ke-13 bendungan tersebut, Waskita ertanggung jawab untuk menyelesaikan dua bendungan, yakni Bendungan Margatiga dan Bendungan Way Sekampung.
Kedua, visi kebutuhan air nasional ideal. Destiawan mengatakan kebutuhan air nasioanl yang ideal saat ini adalah 120 meter kubik per kapita per tahun, Sementara itu, saat ini kemampuan pasokan air di dalam negeri hanya sekitar 50-60 meter kubik per kapita per tahun.
"Jadi, ada deviasi yang cukup tajam. Melihat gap tersebut, potensi [pasar konstruksi] bendungan sangat besar," ucapnya.
Ketiga, jumlah bendungan di dalam negeri masih sangat sedikit dibandingkan dengan negara lain. Dstiawan mencatat Indonesia hanya memiliki bendungan sekitar 231 unit.
Sementara itu, Jepang dan Amerika Serikat masing-masing memiliki bendungan hingga 3.000 unit dan 6.100 unit. Selain itu, China tercatat memiliki bendugan sekitar 110.000 unit.
"Kalau melihat [data] itu, negara akan berpikir secara cermat bahwa kebutuhan ini harus dijawab dengan mepercepat [konstruksi] bendungan supaya deviasi rasio tadi bisa dikejar. Ini potensi besar," ucapnya.