Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Divestasi Tol, Waskita Harap Dana Segar Rp20 Triliun

Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono menargetkan dapat mendapatkan dana segar senilai Rp20 triliun dari penjualan 12 ruas tol perseroan pada INA. Adapun, total ruas tol yang dimiliki Waskita saat ini sekitar 17 ruas.
Interchange di Jalan tol Kanci-Pejagan. Jalan tol ini dikelola oleh PT Semesta Marga Raya, anak usaha PT Waskita Transjawa Roll Road. Waskita Toll Road memiliki 39,49 persen saham WTTR per 1 April 2020./wtr.co.id
Interchange di Jalan tol Kanci-Pejagan. Jalan tol ini dikelola oleh PT Semesta Marga Raya, anak usaha PT Waskita Transjawa Roll Road. Waskita Toll Road memiliki 39,49 persen saham WTTR per 1 April 2020./wtr.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - PT Waskita Karya (Persero) Tbk. menyatakan penjualan aset perseroan melalui Indonesia Authority Investment (INA) memiliki potensi yang besar. Perseroan menilai keberhasilan penjualan aset tersebut membuat perseroan dapat membangun setidaknya 1.000 kilometer jalan tol.

Direktur of Operation II Waskita Karya Bambang Rianto menargetkan dapat mendapatkan dana segar senilai Rp20 triliun dari penjualan 12 ruas tol perseroan pada INA. Adapun, total ruas tol yang dimiliki Waskita saat ini sekitar 17 ruas.

"Dengan debt to equity ratio di posisi 3-4 persen, dengan Rp20 triliun kami bisa leverage kemampuan kami 3-4 kali untuk mengerjakan infrastruktur. Jadi, kami bisa mengerjakan infrastruktur [sampai] Rp60 triliun dan bisa bangun 1.000 kilometer tol lagi," katanya dalam video Indonesia Muda Club yang diunggah di Youtube Kementerian BUMN seperti dikutip Bisnis, Jumat (7/5/2021).

Bambang menilai ke-12 ruas milik perseroan telah layak untuk diambil alih oleh investor asing melalui INA. Menurutnya, saat ini INA berminat untuk menyewa 6-12 ruas tersebut untuk segera diakuisisi atau dibeli oleh investor.

Dia berharap akuisisi tersebut dapat teralisasi pada tahun ini agar perseroan memiliki kemamuan untuk membangun infrastruktur lain pada 2022. Lebih lanjut, Bambang mengatakan pihaknya saat ini sangat membutuhkan pembiayaan berkelanjutan agar dapat segera melakukan divestasi.

“Tahun ini kami merencanakan ada 9 ruas yang didivestasikan. Satu ruas sudah deal dan sudah kami eksekusi, 1 ruas dalam proses. Kemudian tiga ruas kami divestasi dengan pola share-swap,” katanya.

Adapun, kegagalan WSKT melakukan divestasi 5 ruas tol pada 2020 membuat beban keuangan perseroan kian berat. Seperti diketahui, pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian sehingga investor banyak yang menunda keputusannya termasuk dalam hal menyerap saham ruas tol.

Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020, Waskita Karya membukukan kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi senilai Rp411,06 miliar atau anjlok 95,43 persen dari posisi tahun sebelumnya Rp9,01 triliun.

Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sembilan ruas jalan tol yang akan didivestasi adalah jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (seksi 1-7), Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat (seksi 1-6), Cibitung-Cilincing (seksi 1-4), Cinere-Serpong (seksi1-2), Bogor-Ciawi-Sukabumi (seksi1-4), Depok-Antasari (seksi 1-3), Pemalang-Batang (seksi 1-2), Batang-Semarang (seksi 1-5), dan Krian-Legundi-Bunder-Manyar (seksi 1-4).

Secara total, panjang jalan tol yang akan didvestasi oleh Waskita Karya adalah sekitar 483,53 kilometer.

Dalam kesempatan terpisah sebelumnya, SVP Corporate Secretary Waskita Karya Ratna Ningrum mengatakan pihaknya telah menentukan beberapa skema divestasi sembilan ruas jalan tol tersebut. Adapun, skema yang dimaksud adalah shareswap, direct sell, dan penerbitan instrumen ekuitas.

"Mayortas jalan tol yang ditawarkan Waskita telah beroperasi, baik pulau Jawa dan Sumatra, dan memiliki investment return rate (IRR) serta lalu lintas harian yang baik. [Hal tersebut] menjadikan aset tol tersebut cukup menarik untuk ditawarkan kepada para investor maupun sovereign wealth fund (SWF)," katanya.

Ratna berujar aksi divestasi tersebut ditujukan agar perseroan mendapat dana segar. Selain itu, dana hasil divestasi akan digunakan untuk mengurangi utang dan beban bunga yang terkonsolidasi. Alhasil, ucap Ratna, perseroan dapat melakukan investasi pada proyek-proyek investasi lainnya.

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hendy Rahadian mengatakan Waskita Karya melakukan divestasi tersebut karena perseroan mengalami kesulitan likuiditas. Adapun, lanjutnya, pihaknya tidak akan mencampuri terlalu dalam aksi korporasi tersebut.

"Ini memang sebenarnya bukan full goverment problem. Jadi, kami tidak masuk terlalu dalam, kecuali Waskita Karya butuh dukungan," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper