Bisnis.com, JAKARTA — Kendati manufaktur dicatat dalam level ekspansif pada periode April 2021 dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia 54,6, industri kimia dasar menyebut tengah mengantisipasi penurunan.
Ketua Umum Asosiasi Kimia Dasar Anorganik (Akida) Michael Susanto Pardi mengatakan angka PMI yang tinggi adalah baik untuk menumbuhkan harapan dan kepercayaan masyarakat dan industri. Positifnya raihan tersebut bisa mendorong investasi dalam negeri dan kegiatan ekonomi lainnya.
"Namun tantangannya adalah sektor riil belum banyak perubahan, sehingga industri hulu dan menengah yang menyuplai bahan baku ke industri hilir juga belum ada kenaikan kapasitas," katanya kepada Bisnis, Senin (3/5/2021).
Michael mengemukakan permintaan yang belum menunjukkan peningkatan ini juga dibayangi kekhawatiran akan melandai pada periode Mei pasca Lebaran mendatang. Pasalnya, kendati ada larangan mudik, libur Lebaran akan tetap mengurangi hari kerja.
Alhasil, bagi industri kimia dasar pertumbuhan manufaktur saat ini belum benar-benar terasa.
"PMI pun sebenernya didorong dari antusiasme data survei, belum angka riil pertumbuhan nyata," ujarnya.
Adapun IHS Markit mencatat PMI menembus level 54,6 untuk periode April. Capaian tersebut naik signifikan dibanding Maret yang berada di posisi 53,2 atau tertinggi dalam satu dekake.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan sepanjang dua bulan berturut-turut, PMI manufaktur Indonesia menorehkan rekor tertinggi. Selain itu, kondisi bisnis kini telah menguat dalam enam bulan terakhir ini di tengah kondisi pandemi, dengan tren positif dari sektor industri yang gencar melakukan perluasan usahanya.
“Alhamdulillah, para pelaku industri kita mulai bangkit lagi. Sebab, kalau kita melihat ke belakang, pada April 2020 adalah kondisi PMI manufaktur Indonesia saat jatuh ke titik terendahnya, yaitu di level 27,5,” katanya, Senin (3/5/2021).
Menurutnya, PMI manufaktur Indonesia berada di tingkat ekspansif merupakan salah satu indikator perekonomian yang semakin membaik, serta kepercayaan dunia usaha dan industri terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai sudah on the track.