Bisnis.com, JAKARTA – Center of Reform on Economics (CORE) melaporkan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada saat pandemi Covid-19 semakin meningkat secara signifikan.
Ekonom CORE Mohammad Faisal memaparkan bahwa peningkatan persentase pengangguran terbuka bahkan lebih signifikan pada tingkat kemiskinan.
Hal tersebut terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolahnya. Dari data tersebut, tercatat peningkatan pengangguran terbuka pada 2020 sebesar 3 juta atau 2,22 persen, lebih tinggi dari tingkat kemiskinan yang naik sebesar 1,13 juta atau 0,41 persen.
“Ini menunjukkan bahwa pada saat pandemi, tingkat kemiskinan masih bisa diredam karena adanya banyak program bansos. Untuk pengangguran, ini tidak segampang itu untuk mengatasinya, setidaknya secara statistik untuk menciptakan lapangan kerja,” jelas Faisal dalam diskusi virtual, Senin (3/5/2021).
Menurut Faisal, apabila dikaitkan dengan pengentasan kemiskinan, solusi terbaik yang berkelanjutan atas masalah tersebut adalah dengan menciptakan lapangan pekerjaan ketimbang penyaluran bansos. Meskipun demikian, penyaluran bansos tetap diperlukan pada saat situasi krisis seperti pandemi.
Di lain sisi, semakin banyaknya masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan ternyata bukan satu-satunya permasalahan. Tingginya tingkat pergeseran pekerjaan dari sektor formal ke informal menunjukkan tingginya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) selama pandemi.
Dari data BPS yang diolahnya, Faisal mencatat persentase sektor informal naik sebesar 3 persen, atau bertambah menjadi 60 persen dibandingkan dengan sektor formal pada Agustus 2020. Pada saat awal pandemi, persentase sektor informal sudah melebihi sektor formal sebesar 57 persen.
“Kalau 3 persen kita kalikan dengan jumlah angkatan kerja yang ada di Indonesia sekitar 130-an juta orang, ini equivalent dengan 4,1 juta orang yang bergeser dari formal masuk ke sektor informal,” ujarnya.