Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi pada April 2021 diperkirakan naik secara bulanan dan tahunan. Namun, peningkatan tersebut dinilai relatif rendah disebabkan oleh pembatasan mobilitas, terutama larangan mudik.
Ekonom BCA David Sumual memperkirakan inflasi bulanan April 2021 sekitar 0,16 persen secara month-to-month (mom), lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2021 yaitu 0,08 persen. Sementara itu, inflasi tahunan April 2021 diprediksi 1,45 persen year-on-year (yoy), lebih tinggi dari April 2020 sebesar 1,37 persen.
Meski begitu, David menilai inflasi pada Ramadan kali ini tidak naik setinggi pada Ramadan sebelum pandemi. Walaupun, peningkatan inflasi biasanya relatif terjadi pada saat Ramadan dan pada pergantian tahun (Desember-Januari).
Hal tersebut menurutnya disebabkan oleh larangan mudik. “Ini ada kaitannya dengan mobilitas juga. Ada larangan mudik, jadi biasanya biaya transportasi itu yang naik kencang,” jelas David kepada Bisnis, Minggu (2/5/2021).
Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi barang yang diatur pemerintah cenderung meningkat terbatas. Hal tersebut mengingat adanya peningkatan mobilitas masyarakat di tengah larangan mudik lebaran.
Adapun, dia memprediksi inflasi bulanan pada April 2021 sebesar 0,17 persen (month-to-month/mtm), dan 1,46 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Baca Juga
Menurut Josua, inflasi pada April 2021 akan cenderung didorong oleh kenaikan dari sisi harga barang yang bergejolak seperti daging sapi, daging ayam, dan telur.
Di sisi lain, inflasi pada bulan ini diperkirakan tertahan oleh laju inflasi inti, yang diperkirakan melambat menjadi 1,17 persen tahun ke tahun (yoy), dari sebelumnya 1,21 (yoy).
Menurutnya, perlambatan tersebut diakibatkan oleh penurunan harga mobil sebagai dampak dari penurunan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang mewah), yang diperluas untuk kendaraan dengan kapasitas 1.500-2.500 cc.